Berdiri di samping meja pantry, Hannah sedang berkutat dengan ponselnya, mencoba mengirim pesan pada Gemma. Selesai mengirimkan beberapa pesan, tiba-tiba saja seseorang datang dan mengecup pipinya dari arah belakang dan membuat Hannah terkejut. Buru-buru, hannah mematikan ponselnya dan meletakkannya di meja."Selamat pagi. Tidurmu nyenyak?" sapa Justin seraya meletakkan dagunya di bahu Hannah dengan manja. Ini adalah justin yang lainnya setelah Hannah terus memerlakukan Justin dengan manis semalam.
Hannah tersenyum menoleh. "Nyenyak, walaupun kakiku masih terasa sedikit pegal."
"Ah, karena dansa semalam?"
Hannah menganggukkan kepalanya menjawab. "kurasa aku belum terbiasa."
Kemudian, Justin melepas pelukannya dan membalik tubuh Hannah agar menghadapnya. Dan dengan lembut, Justin menanggapi, "Kau akan terbiasa setelah ini."
Justin hampir saja berhasil meletakkan bibirnya pada bibir Hannah yang melengkung itu. Jika saja, suara Dee tidak menginterupsi dan keberadaannya itu tidak terlupakan oleh sang lovebird.
"GOSH!"
Hannah dan Justin sama-sama menengok pada arah suara yang mengejutkan.
"Tadi adalah pertama kaliku mendengar ucapan rayuan kakak, dan apakah ini harus menjadi pertama kaliku juga melihat kalian berciuman di depanku saat aku sedang makan?"
"Sejak kapan-"
"Hello? Aku sudah di sini bersama Kak Hannah, dan apakah aku sudah menjadi invisible sekarang?"
Gerutuan Dee yang terdengar menyindir namun menggemaskan itu, membuat Justin dan Hannah saling menjauh menahan rasa malu mereka. Hannah sendiri benar-benar lupa jika tadinya ia memang sedang berada di dapur ini bersama Dee. Rasanya, hannah sudah melupakan keberadaan Dee semenjak ia sedang mengurus pesannya dengan Gemma. Ditambah dengan kedatangan justin yang tiba-tiba dan bersikap manis itu, tentu saja membuat Hannah memfokuskan diri pada Justin seorang.
Justin hendak berlalu menuju ruang tengah, meninggalkan para gadis di dapur. Namun, hannah tiba-tiba mencegahnya. "Justin?"
Mendengar panggilan Hannah, justin menoleh dan tersenyum.
"Hm, kau ingat makan malam kita yang sempat batal? Aku tahu makan malam itu sangat berarti untukmu."
Justin sempat melirik pada Dee, kemudian menjawab, "tentu saja, lalu?"
"Apa aku boleh memintanya malam ini?" akhirnya, pertanyaan itu meluncur juga dari bibirnya. Hannah sempat takut jika Justin menolaknya.
Justin tersenyum, kemudian mengangkat satu tangannya untuk mengusap pipi Hannah dengan lembut. "Sure."
Justin tampak sangat pengertian saat menuruti kemauan Hannah yang tampak mendadak ini. Tentu saja ini akan membuat Hannah semakin merasa bersalah. Justin tidak tahu dibalik rencana makan malam yang diinginkan Hannah adalah untuk hal lain. Hannah hanya berharap rencananya akan berjalan dengan lancar tanpa kendala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty for the BEAST (ON GOING)
Romance#The Heirs Series (3rd) Pria yang diinginkan setiap wanita, namun tak tersentuh. Penghianatan mendalam yang mengubahnya menjadi seorang pria tanpa perasaan. Dingin bagai es yang tak mampu dilelehkan lagi. Dunianya berbeda dengan orang lain, ia hidup...