Pagi hari ini, setelah sarapan bersama Hannah, kini Justin sudah berada di kantornya. Hari ini juga merupakan 2 hari terakhir sebelum Arthur kembali ke London setelah sudah menunda pekerjaannya beberapa hari ini. Sementara itu, dennis dan Edric sendiri sudah kembali lebih dahulu ke Amerika setelah mereka mengajukan proposal kerja sama dengan perusahaan Hamilton, yang mana sebenarnya awalnya hanya untuk menyibukkan Alex agar menjauh dari Hannah, saat itu."Jadi....?" Felix masih berusaha berbicara mengenai hal dewasanya dengan memainkan kedua alisnya.
"Apa?" sementara itu, Justin yang tampak tidak tertarik dengan pembicaraan itu, atau lebih tepatnya ia belum mengerti apa yang dimaksudkan felix, hanya menjawab acuh.
"Kalian sudah melakukannya?"
"Damn, Felix. Kenapa pikiranmu selalu saja tentang hal itu?" Justin mengerutkan keningnya, lalu menggelengkan kepalanya tak percaya.
Felix merasa tidak terima seolah ia baru saja mendapatkan tuduhan tidak berdasar tentang apa yang ia bicarakan.
"Bukankah itu wajar? Kau tahu, saat aku melihat roxanne yang hanya dengan duduk di tepi ranjang denganku saja, aku sudah pasti akan melakukannya."
Terdengar suara kekehan dari seorang pria yang sedang terduduk dengan santai, Arthur. "Itu kau saja yang tidak bisa mengendalikannya, Felix."
Felix berdecih. "Hei, kita sama-sama pria yang sudah menikah di sini. Dan, teman kita satu ini yang akan menikah, jadi ini akan terdengar seperti kita yang akan memberikannya saran nanti. Bukankah seharusnya hal itu wajar-wajar saja untuk dibahas? Kau juga pasti memiliki hasrat itu, kan?"
Arthur nampak berpikir dengan suara dehaman lembutnya. "Hmm, tidak juga. Kurasa, aku tidak separah kau, Felix." dan akhirnya, jawaban itu yang menurut Arthur bisa membuat keadaan saat ini menarik dan lucu.
"See?" sementara itu, Justin seolah mendapatkan sekutu dan membuat felix memutar kedua matanya ke atas.
"Terserah. Tapi, bagaimana kau akan menahannya sampai menikah nanti, Justin?" Felix merasa penasaran pada temannya yang satu ini. Menurutnya, ini sisi lain Justin yang sangat menarik untuk dibahas.
Justin menyeringai, seolah memberi ejekan pada Felix. "Aku tidak selemah kau, Jullian. Aku sudah memantapkan diriku agar tidak menyentuhnya sampai malam pertama nanti."
"Itu terdengar kuno."
"Bagiku, itu romantis."
Sementara Felix masih berada di sisi penolakannya, Arthur justru menganggap hal itu adalah hal romantis dari Justin. Membuat justin dan Arthur saling memberi hi-five di depan felix yang sedikit kesal.
Beberapa saat kemudian, Justin kembali terdiam tenggelam dengan pikirannya. Memikirkan hal-hal yang berbau romantisme ini. Sebenarnya, Justin sudah memikirkan hal ini, bagaimana ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tetap menjaga Hannah saat ini. Ia tidak ingin mengubah Hannah yang polos dan menggemaskan seperti sekarang menjadi Hannah yang 'dewasa'. Well, walalupun itu hanya atas pemikirannya sendiri setelah mengamati Roxanne dan Jennifer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty for the BEAST (ON GOING)
Romance#The Heirs Series (3rd) Pria yang diinginkan setiap wanita, namun tak tersentuh. Penghianatan mendalam yang mengubahnya menjadi seorang pria tanpa perasaan. Dingin bagai es yang tak mampu dilelehkan lagi. Dunianya berbeda dengan orang lain, ia hidup...