Hari ini, Hannah kembali bekerja seperti biasanya. Hannah semakin merasa betah dan nyaman dengan suasana di cafe tempatnya bekerja. Semua pengunjung dan karyawan di sana sama-sama menyukainya, dan itu membuat semangatnya untuk bekerja tidak pernah hilang. Sebenarnya, hal itu tidak perlu dipertanyakan kembali, karena semua orang mengakui jika Hannah sendiri seolah memiliki daya tarik yang bisa membuat semua oranag di sekitarnya bisa merasakan kenyamanan bahkan hanya dengan melihat senyum Hannah. Senyum itu tidak pernah luntur dari wajah Hannah sepanjang ia bekerja dan melayani pelanggan, sampai ketika siang ini, ketika pintu cafe terbuka, dan seorang model cantik masuk dengan gaya elegannya.Sekilas, ia tampak mengagumi kecantikan dan keanggunan wanita itu, namun begitu wanita itu melepas kacamata hitamnya, Hannah terdiam di tempatnya. Senyumnya memudar, tatapannya bergemetar terpaku pada wanita itu.
"Oh? Bukankah itu...." Jane, yang berdiri di samping Hannah, seolah mengetahui siapa wanita itu, ia terdiam. Hannah menoleh padanya.
"Jane, apa kau juga mengenalnya?"
Jane menganggukkan kepalanya, sembari menjawab, "Nyonya Gemma? Model itu, bukankah semua orang mengetahuinya?"
Hannah mengedipkan kedua matanya beberapa kali. Ah, tentu saja. Tidak akan banyak orang yang tahu tentang siapa sebenarnya wanita itu. Dan, biarkan saja seperti itu.
"Ah, iya. Iya, semua orang tau." Hannah tersenyum dengan canggung. "Hm, jane. Aku ingin menemui Roxanne sebentar, bisakah orang lain dulu yang melayani beliau?"
"Tidak masalah. Aku yang akan pergi melayaninya dulu." jawab Jane ramah.
Mendengar kesanggupan Jane untuk menggantikannya, kini Hannah setengah berlari menuju ruangan Roxanne. Ia harus memberi tahu Roxanne jika Gemma datang kemari, entah apa tujuannya. Walaupun ini bisa dikatakan jika Gemma kemari hanya sebagai pelanggan, kejadian beberapa hari terakhir ini membuatnya sedikit gelisah.
Hannah mengetuk pintu ruangan Roxanne yang sudah terbuka, kemudian masuk ketika Roxanne sudah mempersilakannya.
"Ada apa, Hannah?"
"Ada Gemma di sini." Hannah menjawab dengan to the point.
Sejenak, perkataan Hannah membuat Roxanne terkejut. Kedua alisnya mengerut, sama-sama memikirkan kenapa dari semua waktu dan tempat, Gemma mendatangi tempat bekerjanya. Sekeras apapun Roxanne berpikir, hal ini juga tidak memiliki hubungan apapun dengannya.
"Aku tidak tahu kenapa dia kemari. Menurutmu, apa ini hanya kebetulan saja?" Hannah kembali bersuara.
"Aku juga tidak tahu, tapi, melihat bagaimana akhir-akhir ini dia terus membuat kita banyak berpikir, ini pantas dipertanyakan." Roxanne menanggapi.
Terdengar helaan napas Hannah. "Kau benar. Apalagi, semalam kami sempat berpapasan dengannya."
Roxanne mengangkat kedua alisnya, kemudian kembali bertanya, "semalam? Jadi, kalian tidak sengaja bertemu kembali?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty for the BEAST (ON GOING)
Romansa#The Heirs Series (3rd) Pria yang diinginkan setiap wanita, namun tak tersentuh. Penghianatan mendalam yang mengubahnya menjadi seorang pria tanpa perasaan. Dingin bagai es yang tak mampu dilelehkan lagi. Dunianya berbeda dengan orang lain, ia hidup...