Usaha Hannah yang mati-matian memaksa Justin utnuk segera kembali ke kantornya berhasil. Justin yang tidak melakukan apapun di cafe justru hanya akan mengganggu pekerjaan Hannah, jadi ia benar-benar berani memaksa pria itu agar segera berangkat ke kantornya. Justin yang tidak punya pilihan pun juga menuruti gadis itu.Kini, memasuki kantornya, Justin membuka pesan balasan dari Roxanne yang baru saja datang itu.
Roxanne: Aku tidak mengatakan ini karena aku tidak memercayaimu, Justin. Tapi, kau tahu kami akan selalu mendukung dan membantumu, kan.
Terlihat seperti bukan pertanyaan bagi Justin. Oh, tentu saja Justin tahu mereka tidak akan tinggal diam mengingat bagaimana Arthur, dennis, dan edric yang menetap lama di sini dengan alasan 'merindukan' masa-masa lama mereka.
Tanpa membalas pesan Roxanne, justin tersenyum miring seraya bergumam pada dirinya sendiri, "as expected."
Menutup aplikasi pesan di ponselnya, kemudian Justin memasukkan kembali ponselnya ke saku pakaiannya. Hari ini, ia memiliki sedikit jadwal sibuk yang mengharuskannya untuk mengunjungi beberapa tempat, karena itu dia harus memfokuskan diri pada pekerjaannya.
***
Justin berjalan bersama dua sekretaris di belakangnya, mengunjungi salah satu perbelanjaan wine yang menjadi partner bersama perusahaan Justin. Beberapa staff dari tempat perbelanjaan itu tampak sedang menjelaskan mengenai grafik penjualan dan data dari hasil penjualannya. Justin mendengarkan dengan seksama, sementara salah satu sekretaris tampak mengetik beberapa hal penting di tabletnya.
Kembali melihat-lihat keramaian pembeli, justin bersama kedua sekretarisnya juga tampak berjalan menuju arah keramaian dimana seorang model tampak sedang melakukan acara jumpa fans. Justin tidak memedulikan acara itu. Namun, baru saja justin melirik ke arah sampingnya, ia justru melihat seseorang yang sama sekali tidak ia harapkan.
Tanpa menghentikan langkahnya, kedua tangan justin tampak mengepal di kedua sisi, rahangnya mengeras, tatapannya lurus dengan langkahnya yang semakin besar dan cepat seolah bermaksud untuk segera menghindari tempat itu. Beruntung kedua sekretarisnya itu dapat mengikuti langkah besar Justin yang mendadak itu.
Wajah tampan Justin sepertinya justru menjadi daya tarik keramaian di sana, dilihat dengan bagaimana orang-orang lebih memilih untuk berbisik-bisik ria, membicarakan seorang pria tampan yang tampak kaya dan mempesona berjalan dengan gagah dengan kedua sekretarisnya di belakang pria itu.
"Wah, siapa pria itu. Kau lihat? Dia seperti pria idaman."
"Benar-benar tampan."
"Sepertinya dia seorang pengusaha kaya. Cara berjalannya.... wah, benar-benar idaman."
"Berjalan saja, orang kaya memang terlihat beda."
"Kalau saja kekasihku seperti dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty for the BEAST (ON GOING)
Romance#The Heirs Series (3rd) Pria yang diinginkan setiap wanita, namun tak tersentuh. Penghianatan mendalam yang mengubahnya menjadi seorang pria tanpa perasaan. Dingin bagai es yang tak mampu dilelehkan lagi. Dunianya berbeda dengan orang lain, ia hidup...