CHAPTER 49 | IT DOESN'T MEAN ANYTHING

277 21 0
                                    

Hannah masih mencoba untuk memfokuskan dirinya pada pekerjaan di dunia nyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hannah masih mencoba untuk memfokuskan dirinya pada pekerjaan di dunia nyata. Ia harus mengalihkan pikiran-pikirannya yang tengah berkelana dan mengganggu moodnya saat ini. Benar-benar mengganggu. Terlebih lagi, saat ini ia masih bersama Alex yang bisa saja melihat dan menyadari gerak-gerik hannah yang tampak asing untuknya.

Alex yang berdiri dari sofa dan menghampiri Hannah yang berdiri di depan kaca jendela, membuat Hannah berharap jika Alex benar-benar tidak menyadari gelagat anehnya. Namun, pikirannya salah kali ini.

"Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Alex di belakang Hannah, berdiri dengan memasukkan kedua tangannya ke saku celana kain.

Hannah menoleh ke belakang. Berlagak ia tidak mengerti, sebisa mungkin ia bertingkah normal. "Hm?"

"Antara kau dan Justin."

Begitu ucapan itu keluar dari bibir Alex dengan santainya, hannah malah tampak sedikit gugup dan mengalihkan pandangan seketika.

"Tidak ada."

Singkat dan datar.

Alex menghela napasnya setelah terdiam beberapa saat. "Apa ini hanya perasaanku atau kau memang sedang menjaga jarak dengannya?"

Seolah terpukul palu yang entah jatuh darimana, Hannah tercekat, kemudian mendengus geli-berusaha agar semuanya tampak normal.

"Aku harus menemani ibu di sini, Alex. Siapa yang menjaga jarak dengan siapa?" Terdengar tawa hambar Hannah. "Kau ada-ada saja. Memang kenapa juga aku harus menjaga jarak."

Hannah kembali duduk di kursi di samping ranjang Irene, kemudian menyibukkan diri dengan memainkan jemari tangannya. Alex tampak mengamati apa yang hannah lakukan dan terdiam sesaat, kemudian mengedikkan kedua bahunya.

"Justin sudah membantumu banyak, tapi itu tidak berarti apapun. Kau tahu maksudku, kan?"

Alex kejam. Temannya itu, jahat sekali. Seolah kalimat itu bisa dilontarkan dari bibirnya dengan santai tanpa mengetahui hannah sendiri merasa tertohok dalam. Hannah menelan air liurnya pelan-pelan.

"Tentu saja." kemudian, hannah menoleh pada alex, tersenyum kecil, sebelum melanjutkan, "Tuhan sudah mempertemukanku pada orang-orang seperti kalian. Jadi, aku harus bersyukur pada kalian semua. Itu semua karena kalian adalah orang baik."

Alex mengusap puncak kepala Hannah dan tersenyum lembut. Sejujurnya, alex sendiri tidak merasa yakin dengan apa yang dipikirkannya. Tapi, mungkin, ini adalah langkah terbaiknya untuk mengantisipasi adanya hal yang akan membuat Hannah kecewa atau sedih di masa depan.

***

Di sisi lain, ketika justin sedang berada di dapur, bernard hendak keluar mengantar pakaian Hannah, sesuai permintaan Justin sebelumnya. Namun, tiba-tiba saja justin menghentikan langkah bernard.

Beauty for the BEAST (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang