Sore hari sudah hampir berganti petang ketika Justin dan Hannah baru saja memasuki pasawat jet pribadi Justin. Justin memastikan sabuk pengaman Hannah terpasang dengan benar sebelum memasang miliknya. Karena ini pertama kalinya untuk Hannah bepergian dengan pesawat, ia tampak gugup dan tegang duduk di samping Justin yang hanya tenang dengan menyilangkan kedua kakinya.Menyadari sikap Hannah di sampingnya, dimana kedua tangan Hannah menggenggam pegangan kursi dengan erat, kedua kakinya yang diketuk-ketukkan di dengan tidak nyaman, dan juga beberapa kali helaan nafas Hannah yang terdengar. Justin berusaha menenangkan gadis itu.
"Tenanglah. Ini hanya sebentar. Kemarikan tanganmu."
Justin menarik satu tangan Hannah yang kemudian digenggam dengan nyaman. Hannah tersenyum lega saat Justin melakukannya untuk menenangkan kegugupannya.
Begitu pesawat sudah mengudara dan melewati rasa gugup Hannah, keduanya melepas sabuk pengaman dan duduk dengan santai. Kemudian, dua orang pramugari menghampiri Justin dan Hannah, berniat mengambilkan makanan untuk makan malam dan segelas wine untuk dinikmati selama pesawat mengudara untuk 2 jam ke depan.
"Bisakah kau memberitahuku kemana kita akan pergi?" tanya Hannah di tengah kegiatan makan malam mereka.
Justin menoleh pada Hannah di sampingnya. Tersenyum, ia menjawab dengan santai, "Austria."
Jawaban singkat, padat, dan jelas Justin membuat Hannah membelalakkan kedua matanya. Ia juga berhenti mengunyah makanannya dan menelannya dengan paksa. Sejenak ia menoleh dan menatap Justin dengan tatapan tak percayanya.
Menyadari reaksi Hannah yang terdiam dengan menatapinya terus, Justin pun kembali menoleh pada gadis itu. "Ada apa?" tanyanya kemudian.
Hannah memutar bola matanya kesana kemari, kemudian tersenyum malu.
"Aku hanya.... terkejut." kemudian, Hannah meletakkan alat makannya dan menoleh pada Justin kembali seraya menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. "Aku tidak pernah pergi keluar dari Paris selama ini. Ini pertama kalinya." lanjutnya.
Justin terdiam, kemudian sepersekian detik kemudian ia tersenyum. Dengan kekuatan tubuhnya, dalam sau tarikan ia sudah memindah posisi duduk Hannah menjadi di atas pangkuannya.
"Kita akan menginap beberapa minggu di sana."
Sesaat setelah justin mengatakan kalimat itu, ia bahkan mengecup bibir Hannah dengan cepat. Hannah hanya mengedipkan kedua matanya beberapa kali. Astaga! Bagaimana jika ada orang yang melihat ini! Ah, persetan!
Hannah mengalungkan kedua lengannya pada leher Justin dengan tersenyum lebar. Saat itu juga Hannah menekan dalam rasa malunya dan lebih memberanikan diri. Ini adalah Hannah yang baru, sepertinya. Ditambah, hannah kembali mencium Justin. Hannah anggap ini adalah hadiah darinya untuk Justin karena Justin sudah menyiapkan liburan ini dengan baik dan memperlakukannya dengan manis setiap saat. Bukankah ini adalah hadiah yang manis juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty for the BEAST (ON GOING)
Romance#The Heirs Series (3rd) Pria yang diinginkan setiap wanita, namun tak tersentuh. Penghianatan mendalam yang mengubahnya menjadi seorang pria tanpa perasaan. Dingin bagai es yang tak mampu dilelehkan lagi. Dunianya berbeda dengan orang lain, ia hidup...