Jam dinding rumah hampir menunjukkan waktu tengah malam ketika Irene dan Bernard memasuki mansion. Begitu mereka melewati ruang makan, keduanya berpapasan dengan Hannah yang keluar dari ruangan itu. Irene yang tekejut begitu kebingungan dan gelagatnya tampak mencari seseorang yang juga seharusnya tidak berada di rumah saat ini."Oh? Ibu, paman. Kalian sudah kembali." hannah melirik jam dinding. "Wah, apa ini. Kalian pergi cukup lama, hm."
Mengabaikan ucapan Hannah, baik Bernard maupun Irene justru saling melempar pandangan, tampak bertanya-tanya satu sama lain. Hannah yang melihatnya justru merasa terheran. Sepertinya, ia tidak mengatakan sesuatu yang salah, tapi kenapa reaksi paman bernard dan ibunya begini.
"Apa yang kau lakukan di rumah, Hannah?" bernard bertanya kemudian.
"Apa kau sendirian?" Irene turut menyambung pertanyaan Bernard, kemudian kepalanya tampak menengok ke arah belakang tubuh Hannah, mengira akan ada seseorang di belakangnya.
Hannah tampak kebingungan. "Aku... baru saja makan malam sendirian di ruang makan. Kurasa, semua orang tampak pergi makan malam di luar, jadi sepertinya chef bahkan tidak memasak, jadi aku membuat makan sendiri."
"Dimana justin?" bernard kembali bertanya.
"Ku.... kurasa justin terlalu sibuk di ruangannya, sepertinya dia masih di dalam sana sejak kami pulang bersama tadi." dengan kikuk, hannah tersenyum kecil. Apa mungkin seharusnya ia mengajak Justin makan malam bersama agar kedua orang di depannya ini tidak menatapnya seolah mereka sedang 'menyalahkan' Hannah akan sesuatu.
"God." Bernard menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Sementara irene, ibunya itu menatapnya dengan tatapan tak terbaca, seolah ia frustrasi, namun tidak bisa dijelaskan.
"Kenapa-" menjeda, Irene menghela napasnya. "ah, sudahlah."
Hannah yang kebingungan semakin merasa bersalah apakah ia harus mengatakan hal ini atau tidak, namun ia tidak punya pilihan selain mengatakannya.
"Ah, pelayan mengatakan Rachelle dan Hannah pergi ke tempat Roxanne malam ini, sepertinya mereka akan menginap di sana." suara kecil yang pelan-pelan keluar dari bibir Hannah sama sekali tidak membuat Irene dan Bernard merubah ekspresi di wajah mereka.
Irene tersenyum tidak sampai ke matanya. "Tentu saja. That was the plan."
"Rencana? Rencana apa?" hannah kebingungan. Ia berpikir irene dan bernard sudah mengetahui tentang rachelle dan dee.
Menarik napas, kemudian mengeluarkannya perlahan. Kemudian, bernard tersenyum kecil. "Bukan apa-apa, Hannah."
Sementara itu, Hannah mengekori ibunya masuk ke kamar tidur ibunya. Sembari menunggu ibunya mengganti pakaiannya, Hannah duduk di salah satu sofa dan tersenyum mengejek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty for the BEAST (ON GOING)
Romance#The Heirs Series (3rd) Pria yang diinginkan setiap wanita, namun tak tersentuh. Penghianatan mendalam yang mengubahnya menjadi seorang pria tanpa perasaan. Dingin bagai es yang tak mampu dilelehkan lagi. Dunianya berbeda dengan orang lain, ia hidup...