Sesampainya di mansion, Justin melangkahkan kakinya dengan langkah lebar seraya menggendong tubuh lemah hannah yang masih basah kuyup. Begitupun dengan baju justin dan juga rambutnya. Di dalam mansion, felix dan bernard tampak berjalan mondar-mandir sebelum akhirnya menyadari keberadaan Justin."God, syukurlah kau sudah datang. Hannah? Dimana kau bisa menemukannya? Ada apa dengannya? Apa dia baik-baik saja? Padahal aku sudah memintanya untuk tinggal di rumah saja." Felix mencecar Justin dengan banyak pertanyaan sembari menyamakan langkahnya dengan Justin--menuju kamar Hannah.
"Aku akan membawanya masuk dulu. Bernard, panggilkan pelayan untuk membersihkan tubuh basah hannah. Felix, tunggu aku di ruang kerja." perintah Justin dengan tegas.
Setelah meletakkan Hannah di ranjang dengan nyaman, Justin menarik napas pelan, kemudian mengeluarkannya dengan pelan lagi. Berusaha membuat dirinya santai dan tidak tegang. Kemudian, Justin melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar Hannah.
Memasuki ruang kerjanya, ternyata di dalam sudah ada Felix dan Dee yang sedang duduk bersama di sofa.
"Dee, kau bisa tunggu di luar dulu."
Tanpa kalimat bantahan lagi, dee menganggukkan kepalanya dan segera keluar dari ruangan. Justin melangkahkan kakinya menuju sebuah sofa sembari melepas kemejanya yang basah dan menyisakan celana jeansnya.
"Bisa kau jelaskan apa yang terjadi sebenarnya? Kau terlalu tenang." Felix mengeluarkan suara.
Justin kembeli menghela napasnya pelan. "Kau ingat kejadian yang pernah kuceritakan padamu kenapa irene dan hannah bisa disini?"
"Ya. Aku mengingatnya." jawab Felix yakin.
"Aku berpikir ini adalah perbuatan orang-orang yang sama."
Felix mengerutkan keningnya. "Maksudmu mereka masih mencoba membuat Hannah dan irene menderita, begitu? Ini gila. Kenapa mereka tidak melepas irene saja? Mereka sudah membuat irene kehilangan rumah dan kini mereka menculiknya, bahkan bisa jadi selama ini mereka mengintai Irene.... wah, this is insane."
"Aku juga belum mendapat info apapun. Informan edric sedang mengerjakannya."
"Astaga, ini gila."
Justin menoleh pada Felix yang tampak frustasi. Padahal, ini bukanlah hal yang harus felix pikirkan saat ini.
"Terima kasih sudah membantuku, Jullian."
Felix menghela napasnya. "not a big deal."
"Pulanglah. Roxanne pasti sudah menunggumu."
Berdiri dari sofa yang ia duduki, Felix tersenyum simpul. "Kabari aku lagi jika kau sudah menemukan info."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty for the BEAST (ON GOING)
Romance#The Heirs Series (3rd) Pria yang diinginkan setiap wanita, namun tak tersentuh. Penghianatan mendalam yang mengubahnya menjadi seorang pria tanpa perasaan. Dingin bagai es yang tak mampu dilelehkan lagi. Dunianya berbeda dengan orang lain, ia hidup...