31st May.Pikiran tentang kejadian halusinasi semalam benar-benar membuat otak Hannah memikirkannya terlalu keras. Sejak ia bangun pagi, sarapan bersama Justin, bahkan saat ini saat ia sedang dalam perjalanan menuju tempat kerja barunya bersama Roxanne. Hannah masih saja melamunkan kejadian itu sampai ia sendiri tidak menyadarinya jika Roxanne tidak berteriak padanya.
"Hannah!"
Hannah mengedipkan kedua matanya beberapa kali. "Oh? Ya? Ada apa?"
"ada apa denganmu? Kau baik-baik saja?" tanya Roxanne, sedikit khawatir.
"Ya, tentu. Hanya..... ah, lupakan saja." Hannah hampir bercerita masalah halusinasinya yang ia pikir berlebih.
"Kukira kau gerogi atau merasa tidak nyaman untuk pekerjaan barumu bersamaku."
Mendengar ucapan konyol roxanne, membuat Hannah sedikit melototkan kedua matanya. "Siapa? Aku? Ohoho, tentu saja tidak. Jangan khawatir. Malahan, aku justru mengkhawatirkanmu, kau sudah mengandung sebesar ini, apa tidak masalah untuk berjalan dan bekerja seperti ini?" Hannah meringis melihat perut buncit Roxanne.
"Cukup Felix yang mengomeliku, tidak dengan kau. Asal kau tahu, aku juga perlu banyak gerak, Hannah."
Hannah menganggukkan kepalanya, berusaha mengerti. "Ah, begitu."
Tak lama setelah obrolan asyik mereka selama perjalanan menuju tempat kerja baru Hannah, kini mobil sudah berada tepat di depan cafe Roxanne, kemudian keduanya pun turun.
Walaupun gugup, namun awal pertemuan Hannah dengan para pekerja di cafe roxanne sangatlah menyenangkan. Mereka menyambut baik kedatangan Hannah, begitupun dengan asisten Roxanne yang bernama Jane itu.
"Hannah, perkenalkan dirimu." ucap Roxanne kemudian.
"Halo, semuanya. Aku Hannah Florence. Kalian bisa memanggilku Hannah. Mohon bantuannya dan kuharap kita bisa bekerja sama untuk kedepannya." Hannah memperkenalkan diri dengan semangat tingginya.
Semua orang menjawab perkenalan hannah satu persatu dan bertepuk tangan. Selesai dengan acara perkenalan, roxanne meminta tolong pada Jane untuk membantu Hannah mengelilingi cafe dan memperkenalkan lebih dalam pada Hannah.
"Hannah, kau bisa ikuti Jane. Dia juga yang akan membantumu jika aku tidak berada di sini." ucap roxanne ramah. Hannah mengangguk menjawab.
"Ayo." ajak Jane, yang kemudian diekori oleh Hannah.
Tanpa diketahui Hannah, selama gadis itu mengelilingi cafe bersama Jane, kemudian sesekali membantu Jane atau pegawai lainnya, roxanne sendiri diam-diam mengambil ponselnya dan memotret bagaimana Hannah, dengan semangat, bekerja tanpa memedulikan kakinya yang masih sedikit sakit. Oh, Roxanne tahu itu. Tapi, hannah sendiri sudah mengatakan ia baik-baik saja dan tidak ingin pekerjaannya dihentikan hanya karena luka di kakinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty for the BEAST (ON GOING)
Romance#The Heirs Series (3rd) Pria yang diinginkan setiap wanita, namun tak tersentuh. Penghianatan mendalam yang mengubahnya menjadi seorang pria tanpa perasaan. Dingin bagai es yang tak mampu dilelehkan lagi. Dunianya berbeda dengan orang lain, ia hidup...