Setelah berkendara beberapa jam menuju lokasi, kini Justin, Hannah, dan beberapa bodyguard yang berada di mobil lain, turun dan memasuki sebuah butik mewah di pinggir jalan. Hannah menoleh melihat bangunan butik itu. Ia meringis membayangkan gaun-gaun mahal yang terpajang di sana."Ayo." Justin merangkul bahu Hannah, kemudian keduanya masuk bersama.
Begitu keduanya masuk, para pegawai menyambut mereka dengan ramah. Melihat pria kaya beserta bodyguardnya memasuki butiknya, tentu saja salah satu desainer sekaligus pemilik butik ini harus muncul dan turut menyambut Justin.
"Ah, Tuan. Selamat pagi. Bagaimana saya bisa membantu Anda?" tanya sang desainer ramah.
Justin mengitarkan pandangannya dengan tatapan datarnya. Ia belum pernah memasuki butik ini, jadi sebenarnya dia juga tidak tahu bagaimana harus memilih gaun cantik atau mengurus masalah ini sendirian.
"Aku ingin mencari gaun yang tampak mewah, tapi tetap sederhana untuknya. Ah, dan pilihkan juga beberapa gaun lainnya yang cocok." justin menarik ujung bibirnya sedikit, kemudian menoleh tersenyum pada Hannah.
Sama halnya dengan Justin, Hannah yang tidak pernah mengerti tentang fashion pun hanya mengikuti apa kata Justin dan para pegawai di sini. Mungkin, ia bisa memilih 1-2 gaun yang ia rasa bagus dan cocok untuknya. Tidak mungkin ia akan membeli banyak gaun di tempat mahal seperti ini, bukan....
Namun, sepertinya semua praduga itu salah. Justin, yang awalnya ingin menyerahkan semuanya pada para pegawai, justru kini tengah berjalan memilah beberapa gaun, bahkan banyak gaun. Mulai dari gaun berlengan sampai gaun terbuka. Selain itu, justin juga memilih beberapa sepatu untuk Hannah. Diam-diam, hannah yang terus mengekor mencoba mengintip harga yang tertera di barang-barang itu. Ia hampir saja menjatuhkan rahangnya ketika melihat seberapa mahal barang-barang yang hendak dibeli Justin hanya untuknya. Bahkan, gajinya selama setahun tidak akan mampu untuk membeli barang-barang ini.
Tentu saja Hannah ingin sekali menghentikan Justin saat itu juga, tapi pria itu tampak sangat sibuk dan seolah melupakan dirinya sendiri yang mana sebagai seorang pria, dia benar-benar aktif memilih barang untuk kekasihnya. Astaga, memikirkan kata itu membuat Hannah mengulum bibirnya ke dalam.
"Cobalah beberapa gaun ini. Lalu, kau bisa pilih yang mana yang akan kau pakai besok." ucap Justin, menoleh pada Hannah. Hannah hanya menurut, kemudian mengitarkan pandangannya dengan jeli memilih 1 gaun yang menurutnya cocok dan nyaman digunakan saat pesta.
Akhirnya, Hannah menjatuhkan pilihannya pada gaun putih berkerah halter dengan belahan rendah di bagian dadanya. Hannah tersenyum tipis sebelum masuk ke ruang ganti. Beberapa saat kemudian, Hannah keluar dengan gaun putih yang sudah melekat dengan pas di tubuhnya itu yang kemudian dipadukan dengan high heels warna silver yang cantik.
Begitu tirai terbuka, justin benar-benar terdiam menatap Hannah dari atas sampai bawah. Gaun putih itu sepertinya merupakan pilihan yang cocok untuk Hannah sendiri. Belahan di bagian kedua kaki menampakkan kaki jenjang putih Hannah yang sebelumnya belum pernah terekspos. Melihat Hannah yang baru seperti ini, membuat Justin berpikir hannah seperti keluar dari zonanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty for the BEAST (ON GOING)
Romance#The Heirs Series (3rd) Pria yang diinginkan setiap wanita, namun tak tersentuh. Penghianatan mendalam yang mengubahnya menjadi seorang pria tanpa perasaan. Dingin bagai es yang tak mampu dilelehkan lagi. Dunianya berbeda dengan orang lain, ia hidup...