Perjalanan dari rumah Irene dan Hannah menuju kediaman Justin terasa begitu lama, ditambah dengan suasana sepi bercampur dengan haru di dalam mobil Justin. Sepi karena tidak ada satupun dari ketiganya yang mengeluarkan suara, bahkan Justin tidak memutar musik di mobil. Haru, karena Hannah dan Irene yang masih mengingat beberapa kejadian yang dialami mereka seharian ini. Semuanya terasa melelahkan dan berat untuk Hannah sendiri. Bahkan, Irene hanya bisa menyandarkan kepalanya dengan lemas pada bahu Hannah.Mobil Justin kini sudah memasuki area kawasan kediaman Justin. Sebelum memasuki kawasan mansion megah Justin itu, di dalam kegelapan, Hannah dapat melihat ladang anggur yang sangat luas di samping kanannya. Beberapa menit kemudian, Hannah juga dapat melihat sebuah mansion megah dengan gaya klasik yang tampak indah dengan pohon-pohon yang mengitarinya. Karena malam yang membuat sekitarnya semakin gelap, Hannah merasa mereka sedang berada di dalam hutan dengan satu rumah megah yang indah di tengahnya.
Di dalam hatinya, Hannah tidak berhenti mengagumi betapa mewah dan besarnya mansion Justin di depannya saat ini. Tiba-tiba, otak Hannah pun membandingkan ukuran rumahnya dengan milik Justin, kemudian tersenyum miris ketika ia merasa kecil di depan Justin sekarang. Ternyata, Justin sekaya ini.
Justin menghentikan mobilnya tepat di depan tangga menuju pintu utama mansion. Beberapa pengawal menuruni tangga untuk membuka bagasi mobil Justin begitu Justin turun dari mobilnya dan memberi perintah pada mereka. Sementara itu, Justin membuka pintu bagian penumpang, dan Irene turun dengan kaki lemahnya. Hannah mengaitkan lengannya pada lengan ibunya dan mengekori langkah Justin memasuki mansion. Sementara itu, di belakang mereka, para pengawal membawa barang-barang Hannah dan Irene.
Bahkan, sampai mereka memasuki ruang utama mansion pun, Hannah tak henti-hentinya mengagumi desain interior rumah luas dan mewah Justin. Ia mengitarkan pandangannya ke sekitar, kemudian menghentikan langkahnya. Di depan Hannah, seorang pria paruh baya bersama dua orang gadis yang sempat Hannah kenali mendekati mereka. Salah satu dari gadis-gadis itu tampak belum menyadari kedatangannya, melihat dari bagaimana ia berteriak dengan tiba-tiba pada Justin.
"Kakak? Kau kemana-oh, kita kedatangan tamu." seru Dee, hampir memarahi sang kakak saat ia diberi tahu oleh sang sekretaris jika Justin tidak bekerja seharian dan pulang hampir larut malam. Saat itu juga Dee mengubah nada bicaranya menjadi sedikit melembut ketika menyadari kehadiran Hannah dan Irene.
Hannah dan irene tersenyum sopan pada Bernard, Dee, dan Rachelle di depannya. Ketiganya pun menanggapinya dengan sopan. Beberapa detik kemudian, Dee menoleh pada sang kakak. Seolah meminta penjelasan.
Menyadari arti tatapan sang adik, Justin mulai berbicara. "Kita bicara nanti saja. Aku masih harus mengurus beberapa hal dulu." Kemudian, Justin menoleh pada Bernard. "Bernard, tolong siapkan satu kamar untuk mereka berdua."
Bernard menganggukkan kepalanya paham dan segera meminta para pelayan rumah untuk segera membantunya menyiapkan apa yang Justin minta. Sementara itu, Justin mengambil ponsel genggam dari saku jasnya dan menghubungi salah satu asistennya untuk membantu mengurus masalah ini.
"Aku akan mengirimkan alamat yang harus kau datangi. Temui aku di sana." begitulah kalimat yang Justin ucapkan, kemudian panggilan berakhir.
Hannah dan Irene masih terdiam, mengamati Justin yang tampak hendak pergi keluar lagi. Kemudian, Justin menoleh pada keduanya.
"Kalian berdua beristirahatlah dahulu. Aku akan mengurus masalah ini." ucap Justin, datar. Ia tampak sangat serius.
Irene dan Hannah menganggukkan kepala mereka menanggapi perintah mutlak Justin. Melihat jawaban sanggup itu, tanpa berkata-kata lagi, Justin pun segera berbalik badan dan melangkahkan kakinya berlalu.
Namun, baru beberapa langkah Justin melangkah di depan Hannah, Hannah menghentikan langkah Justin dengan mencekal tangannya.
Tersenyum tenang dan lembut, Hannah berkata, "hati-hati di jalan."
Satu sudut bibir Justin tertarik ke atas begitu saja, membentuk senyum kecil yang tampan.
🏰🏰🏰
***
END OF CHAPTER 14***
Don't forget to press the ⭐️ button and comment as many as you can📩
Follow my instagram:
iamvee
aviorfwMuch love,
VieVie🌙
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty for the BEAST (ON GOING)
Romance#The Heirs Series (3rd) Pria yang diinginkan setiap wanita, namun tak tersentuh. Penghianatan mendalam yang mengubahnya menjadi seorang pria tanpa perasaan. Dingin bagai es yang tak mampu dilelehkan lagi. Dunianya berbeda dengan orang lain, ia hidup...