14th June.Tak terasa, waktu terus berjalan dan 5 hari sudah belalu. Dan, selama 5 hari ini juga mereka masih belum menemukan keberadaan Irene yang tidak dipastikan. Namun, Justin beruntung karena informan serta beberapa polisi terus memberi kabar kemajuan padanya melalui ponsel atau mendatangi kediamannya.
Namun, kabar baik itu justru tidak membawa perubahan banyak pada diri Hannah. Dia masih Hannah yang sama di hari pertama Irene menghilang. Hannah masih mengurung diri di kamarnya yang bahkan semakin terasa seperti neraka untuknya. Menangisi dirinya, meratapi kehidupannya.
Sesekali Roxanne dan Felix mendatangi kediaman Justin, turut memantau kabar terbaru dari Justin. Roxanne ingin menemani Hannah, namun karena hannah sendiri yang benar-benar tidak menginginkan siapapun memasuki kamarnya, Felix tidak bisa membiarkan Roxanne mengambil resiko untuk menangani Hannah yang masih dalam keadaan rapuh. Selain mereka berdua, Alex juga sempat menghubungi Justin, menanyakan tentang kabar Hannah.
Namun, betapa terkejutnya Justin ketika pada suatu malam, Justin mendapati suara teriakan yang menyiratkan rasa sakit dan pedih di dalamnya. Ketika Justin membuka pintu kamar Hannah saat itu, justin benar-benar melihat Hannah yang menangis di dalam tidurnya. Karena itu, hal yang bisa dilakukan Justin hanyalah menmani Hannah setiap saat wanita itu tidur, kemudian pergi ketika pagi datang. Tanpa diketahui Hannah.
*****
Siang ini, Justin masih berada di ruang kerjanya di rumah. Sejak kejadian Hannah yang pergi sendiri dari rumah, Justin memutuskan untuk bekerja di rumah sembari mengawasi Hannah.
Terdengar suara ketukan pada pintu ruang kerjanya.
"Kak, ini aku. Apa aku boleh masuk?" Dee meminta ijin.
"Masuklah."
"Kak, kak hannah tidak memakan makan malam dan sarapannya lagi."
Mendengar apa yang dikatakan Dee, tidak membuat justin terkejut lagi. Justin sudah menduga hannah tidak akan memakan makanannya lagi dan terus. Membuatnya berpikir jika hannah hanya berbaring di ranjang dan menangis sepanjang hari. Justin menghela napasnya.
"Aku sudah menduganya. Aku akan mengurusnya nanti setelah kuselesaikan pekerjaanku. Terima kasih sudah memberitahuku, Dee." ucap Justin kemudian.
Dee menganggukkan kepalanya. "Kak?" panggil Dee kemudian.
Tampak kedua mata Dee yang berkaca-kaca setelah memanggil nama Justin. Hingga beberapa saat kemudian, Dee berlari menuju kakaknya, memeluk kakaknya sekuat mungkin.
"Kau akan menemukannya, kan? Berjanjilah, kau harus menemukan irene secepatnya. Berjanjilah!" tangis Dee memecah.
Justin merasa terenyuh saat dee sendiri mengatakan hal seperti ini. Dee memohon padanya. "Aku janji, dee. Aku janji. Kita akan menemukannya. Tenanglah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty for the BEAST (ON GOING)
Romance#The Heirs Series (3rd) Pria yang diinginkan setiap wanita, namun tak tersentuh. Penghianatan mendalam yang mengubahnya menjadi seorang pria tanpa perasaan. Dingin bagai es yang tak mampu dilelehkan lagi. Dunianya berbeda dengan orang lain, ia hidup...