CHAPTER 22 | SOUND OF HER NAME

403 36 2
                                    

Mansion terasa sangat sepi semenjak sore tadi, Dee, Rachelle, Irene, dan beberapa pelayan serta pengawal meninggalkan mansion untuk berlibur, sesuai rencana Dee

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mansion terasa sangat sepi semenjak sore tadi, Dee, Rachelle, Irene, dan beberapa pelayan serta pengawal meninggalkan mansion untuk berlibur, sesuai rencana Dee. Setelah membantu Hannah pergi ke kamarnya, Justin kembali lagi ke bawah untuk mengambil makan malam Hannah.

Sementara Hannah memakan makan malamnya di ranjang, Justin kembali berkutat dengan laptop di pangkuannya, duduk di sebuah sofa di depan ranjang Hannah. Kedua matanya yang tadinya masih terfokus pada layar laptopnya, kini teralih menuju Hannah ketika gadis itu memanggilnya.

"Kau sendiri? Tidak makan?" tanya Hannah kemudian.

"Sudah." jawab Justin singkat, kemudian kembali sibuk dengan pekerjaannya.

Hannah, di ranjangnya, merasa sedikit kebingungan dengan apa yang harus ia lakukan sekarang. Ia tidak biasa bermain sendiri seperti ini. Biasanya, tepat di jam ini, ia masih melakukan pekerjaannya di restoran. Dan kali ini, Hannah merasa sedikit bosan harus berada di atas kasur tanpa ada hal yang bisa ia lakukan selain bermain dengan ponselnya.

Tak lama setelah itu, dering ponsel Justin berbunyi dan menginterupsi kegiatan Justin pada laptopnya. Setelah melihat nomor ponsel pemanggilnya, Justin menyampingkan laptopnya, kemudian mengangkat ponsel di balkon kamar tidur Hannah.

Diam-diam, tanpa diketahui Justin, Hannah terus mengamati gerak-gerik Justin sejak pria itu mengangkat panggilan itu di luar. Hannah bahkan sampai menyerongkan posisi rebahannya dan mengamati punggung tegap Justin. Dilihat secara telitipun, semua orang tahu Justin mempunyai postur tubuh ideal yang akan selalu menjadi incaran tiap wanita. Tanpa menyadari berapa lama ia sudah mengamati Justin, Hannah tertidur dengan posisi miring, seolah ia memberi tahu Justin jika ia memang sedang memandangi pria itu sejak tadi.

Setelah beberapa menit lamanya Justin berbicara di telpon dengan rekan kerjanya, Justin mengakhiri panggilannya dan membalik tubuhnya. Begitu mendongak, pandangannya kini menemukan Hannah yang sudah tertidur. Memasukkan ponselnya ke saku celananya, Justin berjalan mendekati ranjang, kemudian duduk di tepinya.

Justin memandangi wajah polos Hannah yang terlihat tenang dan polos. Seketika, pikirannya membuat suara aneh. Lebih tepatnya, suara itu seolah membuat Justin melakukan sesuatu, seperti saat ini, dimana ia mengecup kening Hannah dengan lembut.

*****

27th May.

Esok paginya, Hannah terbangun dengan selimut yang sudah mencapai dagunya. Seraya mengumpulkan nyawanya di pagi hari, Hannah kembali mengingat jika ia tidak tertidur dengan posisi dimana ia sudah menarik selimutnya. Tapi, Hannah mengenyampingkan masalah itu setelah ia melihat sarapan yang sudah siap di meja nakas di samping ranjang tidurnya.

Beberapa saat kemudian, 4 pelayan rumah memasuki kamar tidur Hannah dan berdiri membentuk satu garis berjajar. Kemudian, dengan bersamaan, keempat pelayan itu memberi salam mereka pada Hannah sebelum kemudian mengatakan jika pagi ini, mereka akan membantunya untuk mandi sampai memakai pakaiannya. Sebelum Hannah sempat bertanya dan menanggapi hal lainnya, keempat pelayan itu sudah melakukan tugas mereka dengan sigap.

"Sebelum pergi bekerja, Tuan Justin meminta kami untuk melakukan perintahnya tanpa cela satupun. Selain itu, ia juga memberi pesan untuk Nona agar Nona hanya mematuhi kami sebagai perantara Tuan Justin sendiri, karena hari ini Nona Hannah tidak akan bekerja lagi."

Ucapan terakhir dari salah satu pelayan yang membuat Hannah terkejut dengan bagaimana Justin sudah menyiapkannya dengan rapi dan teratur. Dan lagi, Justin melarangnya untuk bekerja lagi. Hannah menghela napasnya. Di satu sisi lain, mungkin Justin ada benarnya juga. Ternyata, Hannah salah memperkirakan kondisi tubuhnya sendiri. Buktinya, saat selesai mandipun, ia masih merasakan nyeri pada lukanya yang terasa sangat luar biasa sakitnya.

*****

Sementara itu, di sinilah Justin berada. Kembali berkutat dengan dokumen-dokumen pekerjaannya. Selain berkutat dengan pekerjaannya sendiri, kini ia harus berkutat melawan pikiran-pikiran di otaknya yang semakin mengganggu. Ia berusaha mengenyahkan pikiran-pikiran yang selalu meneriakkan nama 'Hannah'. Membuatnya mengingat kegilaannya saat ia mengatakan pada pemilik cafe dan restoran tempat Hannah bekerja, jika Hannah tidak akan bekerja untuk beberapa hari.

Justin menghentikan kembali aktivitasnya, dan tergantikan dengan kilasan balik yang menyerang mengenai tindakan nekatnya semalam. Karena pikiran-pikiran inilah yang akhirnya menuntunnya untuk menemui felix saat jam makan siang nanti.

〽️〽️〽️

***END OF CHAPTER 22

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***
END OF CHAPTER 22

***END OF CHAPTER 22

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Don't forget to press the ⭐️ button and comment as many as you can📩
Follow my instagram:
iamvee
aviorfw

Much love,
VieVie 💘🌹

Beauty for the BEAST (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang