Waktu silih berganti, hingga cahaya matahari sudah tergantikan dengan cahaya redup rembulan dan bintang-bintang di langit. Sementara itu, penghuni ruang kerja mewah di kantor megahnya masih terus bekutat dengan pikirannya serta pekerjaan yang menuntut. Seharusnya, Justin bisa menyelesaikan semuanya dengan cepat jika saja ucapan pria yang siang tadi ia temui tidak terngiang-ngiang di pikirannya sampai saat ini.Tak sadar jam makan malam bahkan sudah terlewatkan, akhirnya Justin pun bersiap-siap untuk pulang. Beberapa ruangan kantor di perusahaannya tampak sudah gelap menandakan jika beberapa pegawainya sudah pulang. Beberapa pegawai yang masih bekutat dengan pekerjaan mereka melihat Justin yang berjalan di koridor, kemudian berdiri untuk menundukkan tubuh memberi hormat sopan pada sang pimpinan.
Beruntung Justin tidak mengemudikan mobilnya dengan kecepatan di atas, karena saat di tengah perjalanannya, Justin melihat Hannah yang sedang duduk di halte bus. Justin pun menepikan mobilnya dan turun dari mobil.
"Hannah?" panggil Justin, menghampiri Hannah.
Hannah mendongak dan spontan berdiri ketika melihat justin di depannya. "Oh? Apa yang-ah, kau baru pulang bekerja, ya."
Bodoh, nyatanya Justin saja sudah bersikap biasa saja, kenapa aku masih bersikap konyol begini. Hannah merutuk dirinya sendiri di dalam hatinya.
"Ayo pulang." Tanpa berbasa-basi lagi, Justin mengajak Hannah pulang bersamanya. Kemudian, ia segera melangkah kembali masuk ke mobilnya.
"Oh? Ah, okay." Hannah terus tergagap ketika Justin selalu bersikap datar dan tak terduga seperti ini.
*****
Begitu mereka sampai di depan mansion, Justin tidak segera membuka kunci mobil automatisnya. Sehingga keduanya pun masih terdiam di dalam.
Justin menoleh pada Hannah yang masih terdiam. "Kenapa kau pulang larut begini?" tanyanya.
Hannah bingung bagaimana ia harus menjawab. Karena bukankah jawabannya sudah jelas. "Aku bekerja."
Alih-alih memberi tanggapan, Justin terdiam beberapa saat, kemudian menatap Hannah lurus.
"Jangan lewatkan sarapanmu lagi mulai besok."
Tentu saja Justin tahu jika Hannah bekerja sampai larut. Yang ia permasalahkan di sini adalah, Hannah bekerja sampai larut malam tapi dia malah melewatkan sarapannya dua hari ini. Bukankah ia harus mendapatkan energi dari sarapan sebelum bisa bekerja sampai malam hari begini.
Tanpa menunggu jawaban dari Hannah yang masih terdiam, Justin turun terlebih dahulu, kemudian Hannah turun dari mobil dan mengikuti pria itu. Keadaan mansion begitu gelap saat keduanya sudah di dalam.
Sebelum langkah kaki Justin menggapai tangga, Hannah menghentikan langkah justin dengan menarik ujung jas kerja Justin pelan.
"Hm, aku hanya ingin.... mengatakan terima kasih untuk tumpangannya malam ini." ucap Hannah, tersenyum tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty for the BEAST (ON GOING)
Romance#The Heirs Series (3rd) Pria yang diinginkan setiap wanita, namun tak tersentuh. Penghianatan mendalam yang mengubahnya menjadi seorang pria tanpa perasaan. Dingin bagai es yang tak mampu dilelehkan lagi. Dunianya berbeda dengan orang lain, ia hidup...