Justin membawa Hannah pulang dengannya menggunakan mobil yang terpisah dari Felix. Sejak hannah mengatakan lebih ingin pulang ke rumah daripada rumah sakit, Justin hanya bisa menurutinya, kemudian hannah akan kembali terdiam. Benar-benar terdiam. Matanya tampak kosong dan tidak ada raut wajah yang bisa Justin baca. Namun, satu hal yang Justin ketahui, kedua tangan Hannah yang saling menyatu dan terus bergemetaran.Melihat Hannah yang tampak ketakutan, Justin merasa sedih. Ia takut dan khawatir jika ternyata terjadi sesuatu pada hannah dan hannah sendiri menyembunyikannya. Satu tangan justin meraih kedua tangan Hannah dan menggenggamnya. Justin bisa merasakan kedua tangan Hannah yang langsung menegang saat itu.
"Kau yakin.... tidak ingin ke rumah sakit? Aku rasa kau perlu--"
"Rumah."
Hannah menyela ucapan justin dengan bisikannya yang beruntung masih terdengar oleh Justin. Bahkan hannah sendiri tidak menolehkan kepalanya pada Justin saat menjawabnya. Karena itu, justin hanya tersenyum lemah menuruti hannah, lagi.
Satu hal yang hanya bisa dipikirkan oleh hannah hanyalah rumah. Ia ingin pulang ke rumah, meringkuk di kamarnya, dan tidak ada orang yang mengganggunya. Ia tidak bisa membiarkan orang lain tahu apa yang sudah pria kejam itu lakukan padanya. Begitu menjijikkan hingga rasanya hannah sendiri ingin menguliti tubuhnya sendiri. Hanya dengan memikirkan kembali kejadian itu, membuat hannah terus menangis. Begitu menyedihkan.
Sementara itu, justin benar-benar khawatir pada hannah. Walaupun ia menuruti keinginan Hannah, ia jelas tahu jika sesuatu telah terjadi pada Hannah hingga membuat hannah seperti ini. Bergemetaran, ketakutan, dan terus menangis. Pertama kali melihat hannah seperti ini, seolah membuat Justin turut kehilangan penyangga hidup. Cahaya hidupnya.
***
Justin segera menggendong hannah yang tertidur sejak dalam perjalan pulang kemudian memasuki mansion. Terlihat Bernard dan beberapa pegawai rumah yang sudah berada di ambang pintu. Mereka menyambut kepulangan justin bersama hannah yang sudah berhasil diselamatkan. Kemudian, bernard bersama dengan 2 pegawai rumah itu membuntuti justin yang berjalan menuju kamar tidur Hannah.
"Untunglah dia cepat ditemukan. Apa hannah tertidur? Dia baik-baik saja, bukan? Ah, astaga, dia tampak kacau sekali." Bernard bersuara.
Justin menghela napas lemahnya. "Entahlah. Dia hanya mengatakan ia ingin pulang daripada pergi ke rumah sakit."
Sejenak, sekelebat bayangan mengenai pria penjahat yang tengah menindih tubuh hannah muncul di permukaan otak justin. Membuat justin mengerutkan keningnya tidak suka. Justin merasa.... pria itu pasti sudah melakukan sesuatu pada Hannah. Beruntunglah tepukan tangan bernard pada pundak justin membuat pria itu keluar dari bayangan mengerikannya.
"Bajumu...." Bernard melirik pada pakaian Justin yang terkena cipratan darah dimana-mana. Saat itu juga, Bernard yakin disana bukan hanya darah luka Hannah yang sudah mengering, namun pasti darah orang yang baru saja dihabisi Justin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty for the BEAST (ON GOING)
Romance#The Heirs Series (3rd) Pria yang diinginkan setiap wanita, namun tak tersentuh. Penghianatan mendalam yang mengubahnya menjadi seorang pria tanpa perasaan. Dingin bagai es yang tak mampu dilelehkan lagi. Dunianya berbeda dengan orang lain, ia hidup...