{S3} 82;; Cinta bak Musim Gugur

1.1K 217 73
                                    

Rutinitas dilakukan Joohyun seperti biasa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rutinitas dilakukan Joohyun seperti biasa. Walau ada perbedaan karena kini gadis itu memilih untuk tinggal sendirian di studio miliknya yang diubah menjadi tempat tinggal karena rumah lama yang pernah Joohyun dan Ayah tempati di Daegu sudah dijual sejak kematian Ibu. Biasanya saat Joohyun tinggal bersama sang Ayah, sarapan sudah tersedia di atas meja, tapi sekarang Joohyun harus melakukan semuanya sendiri. Bangun pagi-pagi untuk menyiapkan sarapan, membersihkan kamar, bersiap-siap, lalu membuka butik.

Cuaca sangat cerah pagi itu. Udara pun tidak terlalu dingin walau daun-daun maple semakin banyak berguguran berserakan di pinggir jalan dan di depan butiknya. Begitu juga dengan Joohyun yang kelihatan ceria dan cerah. Mungkin efek kedatangan sang Ayah kemarin yang telah membuat moodnya membaik. Karena berbeda sekali dengan hari-hari sebelumnya, Joohyun akan terlihat malas walau hanya melangkah saja bahkan rasanya setiap hari tidak ingin membuka butik. Tapi, kalau tidak membuka butik, tidak dapat uang, dan tidak dapat uang, jadi tidak bisa makan, membayar sewa gedung butik serta membayar hutang ke bank atas peminjaman uang 30 milyar won yang Joohyun berikan pada Taehyung atas pembayaran kontrak. Hiks, miris sekali. Hutang Joohyun sangat menumpuk walau sudah berhasil dicicil sedikit demi sedikit.

"Ne, Appa? Ah, jinjja?" Joohyun sedang menata beberapa pakaian di rak sambil bicara dengan Ayah ditelepon yang diapit diantara telinga dan bahunya, "Wah, sepertinya Appa sangat bersenang-senang di rumah Bibi. Ne, sampaikan salam ku pada Bibi dan Paman. Kalau ada waktu, aku akan mampir ke sana."

Di seberang telepon Ayah terdengar sedang terkekeh, "Bibi juga memiliki anak anjing yang sangat lucu, Joohyun-a! Appa jadi ingin memeliharanya saat di Seoul nanti. Ah, iya, Joohyun-a, sepertinya Appa akan menginap di sini selama beberapa hari, jadi kalau kau ada waktu datang ke rumah yang ada di Seoul, ya."

"Ne?" Joohyun lantas menegakkan tubuh, "Appa! Bagaimana dengan pekerjaan di kepolisian? Teman-teman Appa pasti akan mencarimu."

"Aigo, tenang saja. Mereka pasti mengurus sendiri. Appa senang ada di sini sekalian refreshing." jawab Ayah lalu terdengar berteriak seperti sedang bicara dengan orang lain, "OMO! SIAPAKAH INI? AIGOOOO... SUDAH LAMA SEKALI!"

Joohyun hanya mendengarkan dan suara Ayah kembali bicara padanya, "Joohyun-a, sudah dulu, ya. Nanti Appa hubungi lagi. Saranghae, nae ddal."

Belum sempat menjawab, sambungan telepon sudah dimatikan begitu saja. Joohyun tersenyum memandangi layar ponsel sambil geleng-geleng kepala. Begitulah sang Ayah kalau sudah menyukai sesuatu hal, pasti tidak akan memedulikan yang lain. Yah, Joohyun hanya membiarkannya selama Ayah sedang bersenang-senang di rumah kerabat jauh almarhum Ibu.

Cling. Cling.

Pintu butik berbunyi. Beberapa pelanggan masuk yang langsung disambut ramah oleh Joohyun, "Oseo oseyo..."

Hari itu pun Joohyun mulai sibuk melayani pelanggan di butik. Kali ini, Joohyun tidak ingin mengulang kesalahannya. Jadi Joohyun benar-benar fokus dengan pekerjaan, terlebih dirinya harus mengerjakan semuanya sendirian tanpa pegawai di tambah pelanggan banyak sekali yang datang untuk membeli pakaian. Saat memasuki jam makan siang, barulah Joohyun bisa bersantai. Gadis itu bisa bernafas lega sambil memijat betisnya di sofa. Betapa pegal kakinya harus berjalan mondar-mandir melayani pelanggan yang datang silih berganti setelah butik di buka. Lantas setelah itu, Joohyun menutup butik sebentar untuk makan siang di lantai dua.

Sweet NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang