24

3.4K 244 2
                                    

Yuhuuuu.... Author Up cepat.. mumpung Mood lagi bagus wkwkw😆

Sayang kalian pokoknya 😚🤗





.
.
.
.
.

Liora terdiam menatap Vino.

"Jujur Ra, Lo udah diapain aja sama mereka ?".

"G-gue Gak diapa-apain kok sama mereka Vin".

"Bohong ! Jujur Ra Gue sayang sama Lo... Gue gak mau Lo kenapa-kenapa ".

Ucap Vino tanpa sadar.

Liora tersenyum,tangan kanannya terangkat memegang pipi kiri vino.

"Vin... Gue gak kenapa-kenapa kok. Lo itu cuman salah paham, semua yang Lo bilang itu Gak semuanya bener."

"Memang mereka posesif sama gue, itu karna mereka sayang banget sama gue. Bunda Gue nelfon kalo Kakek sakit keras, Jadi Bunda sama Papah gue harus ngurus Kakek sampai kakek pulih. Gue selalu ngehubungin Bunda Gue kok".

Liora berbohong kepada Vino. Ia tidak bisa mengatakan yang sebenarnya, karna bagaimanapun Liora telah bersama Keempat pamannya hampir 3 bulan,dan sudah menerima beberapa perlakuan dari mereka. Tanpa ada perlawanan. Karna itu sia-sia.

Dirinya takut, Vino menganggapnya munafik,karna selama 3 bulan ini dirinya diam saja menerima perlakuan Keempat pamannya. Padahal Dirinya memang tidak bisa berbuat apa-apa.

Lagi pula entah mengapa,semakin kesini Liora semakin merasa biasa menerima perlakuan keempat pamannya itu, terutama Lucas.

Sedikit timbul rasa nyaman,jika bersama Lucas. Yang awalnya sangat takut malah berangsur jadi harap untuk dekat dengan Lucas. Entah dia memang sudah munafik,dan  Ia tidak ingin Vino sampai tau.

"Makasih ya udah Khawatir sama Gue vin".

Tatapan Vino melesu, bukan ini jawaban yang dia harapkan.

Vino mengangguk. Lalu tersenyum.

"Maaf Ra, Gue udah curiga sama Om Lo".

"Gapapa Vin... yuk Pulang".

"Gue anter".

Liora sedikit terlihat kaget,namun menormalkan diri kembali.

"G-gue telfon Om gue dulu,biar gak usah jemput".

Liora menjauh sebentar, untuk menelfon Lucas.

Vino hanya terdiam menatap punggung Liora dengan datar.

****


Lucas baru saja mengambil kunci mobil, bersiap untuk menjemput Liora.

Drrt..drrrtt....

Saku celananya bergetar.

Lucas mengerutkan alisnya.

Telfon masuk dari Liora.Tumben sekali Liora menelfon dirinya.

"Halo".

"Halo Om".

"Ada apa Liora ?".

"Om jangan jemput aku Ya.... aku mau pulang bareng Vino".

"No... Aku tetep jemput kam-"

Tut.

"Halo.. Liora !"

"Ck..! Sial*n !". Kesalnya sambil menendang pintu.

"Napa Lo kesel....?Gak jadi jemput Lio ?". Tanya Cleveyang tiba-tiba muncul.

"Dia dianter kawannya".

"Cewe/cowo ?".

"Cowo".

Cleve tertawa. Lalu menepuk pundak Lucas.

"Pasti sama bocah yang kemarin, Sabar ya Dude..."

Lucas mengacuhkan adiknya yang sedang menggodanya.

****


Liora memasukan Handphonenya kedalam kantong seragamnya.

"Yuk.. Vin"

"Di ijinin?".

Liora mengangguk.

"Yuk".

Vino dan Liora berjalan menuju parkiran Motor.

Liora sadar dirinya sudah nekat. Ia juga tau apa yang dia lakukan saat ini akan mendapat balasan dari Lucas. Namun Ia juga tidak ingin membuat Vino semakin curiga.

"Nih.."

Vino memberikan Helm kepada Liora.

"Tumben bawa helm dua ?".

"Udah niat mau ngajak pulang bareng Lo".

Liora menoleh kekanan dan kekiri seperti sedang mencari sesuatu.

"Cari siapa Ra ?".

"Lula sama Novi kok gak keliatan ya ?".

"Udah pulang kali, dah jangan pikirin mereka. Ayo naik".

Liora menaiki motor besar Vino.

"Pegangan Ra".

Liora mengeratkan pegangannya dipinggang Vino.

Vino tersenyum dibalik helm Fullfacenya.

Vino melajukan motornya keluar dari sekolah.

Liora mengerutkan alisnya. Vino berbelok kearah yang bukan menuju rumahnya.

"Vin,Kok belok kiri....? Arah rumah gue kan belok kanan ".

"Udah diem,ngikut aja".

Vino melajukan motornya lebih cepat. Membuat Liora reflek memeluk Vino.

****

Disinilah Liora, Ia tidak menyangka Vino akan membawanya ke Mall.

Vino membawanya makan siang dilantai dua Mall.

Liora terlihat gelisah sambil sesekali melihat Jam tangannya.

"Santai aja Ra. Baru jam set 12 siang".

"Pulang Yuk Vin.... Dari tadi Hp gue geter nih. Om gue nelfonin mulu".

"Lo bilang gue cuma salah paham kan ?  Kenapa harus takut ?". Vino mengangkat sebelah alisnya.

Mengapa ucapan vino,selalu terkesan menyindir ?.

"Mmm... gue takut Om gue laporin gue ke Bunda sama Papah. Kalo gue telat pulang".

Vino tersenyum miring.

"Lo lupa Ra ? Bunda Lo kan tau gue. Dan cuma gue laki-laki yang udah dapet ijin dari Bunda Lo".

Gluk..

Liora menelan salivanya.

"Iya Sih... tapi gue takutnya Om gue bilang kalo gue jalan sama Cowo lain".

Vino terkekeh pelan. Sembari menggeleng.

"Gue kenal Bunda Lo. Kalo sampe Om Lo bilang begitu, udah pasti Bunda Lo nyangka Kalo cowo yang dimaksud itu Gue Ra".

Wajah Liora makin terlihat gelisah,Vino sangat pintar bermain kata-kata. Dirinya tidak lagi membalas kata-kata Vino.

"Kalo Lo masih gelisah, sini mana nomer Bunda Lo. Gue mau minta ijin langsung".

"G-gausah Vin. Bener kata Lo. Buat apa gue takut".

Vino kembali tersenyum.

"Nah gitu dong... tenang nanti gue yang ngedepin OM Lu itu. Dah Habisin makanannya Ra.. Gue traktir".

Vino melanjutkan makannya. Sedangkan Liora masih saja merasa gelisah didalam pikirannya. Takut Lucas berbuat sesuatu yang lebih.

Sedangkan yang dirumah, sedari tadi menatap jam. Hari hampir sore, tapi Liora tak kunjung datang.

Lucas setia duduk diruang tamu dengan kekesalannya.





=》》》

We Are NOT Your UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang