25

3.6K 263 5
                                    

Nih buat kalian 😚

.
.
.
.

Liora keluar dari bilik Studio dengan wajah masamnya. Berjalan mendahului Vino,yang mengejarnya dibelakang.

"Ra kok cepet banget jalannya ".

Liora berhenti.

"Liat sekarang jam berapa Vino ?!".

Vino melihat jam tangannya.

"Baru juga Jam 3 lebih".

"Baru..? Kita di Mall ini dah hampir 4 Jam !".

Vino mengelus rambut Liora.

"Tenang Ra... gue yang bakal hadepin Om Lo".

"Iya kalo Lo masih dirumah gue, kalo Lo udah pulang Gue bakal Di-...."

Liora menghentikan ucapannya. Hampir aja Ia keceplosan bilang kalo dia akan diberi hukuman oleh Lucas.

Vino menaikan satu alisnya.

"Lo bakal diapain ?".

"Di Marahin,terus diaduin ke Bunda !".

"Kan gue dah bilang sebelum kita nonton Ra".

"Ya tapi gak selama ini Vin. Bunda gue pasti marahin gue. Bunda paling marah kalo gue main pake baju sekolah".

Vino mencubit pipi Liora, agar berhenti berbicara.

"Iyaaaaa iyaaaa kita pulang Lioraaaa".  Ucap Vino tepat dihadapan wajah Liora.

Plak..

Liora menampar tangan Vino,agar berhenti mencubitnya.  Sedangkan Vino hanya tertawa,melihat Liora yang cemberut.

****


Liora mempersiapkan diri,saat mereka hampir sampai rumahnya.

Vino berhenti didepan gerbang Rumah Liora.

Liora merasa ketakutan saat melihat Lucas yang sudah berdiri diteras,dengan tatapannya yang tajam . Sambil melipat kedua tangannya didada.

"Vin, mending Lo cepetan pulang deh".

Vino sekilas melirik Lucas, kemudian turun dari motornya.

"Vin... Lo mau ngapain ?".

"Mau nyapa Om Lo".

Vino membuka gerbang,lalu masuk mendekati Lucas yang berdiri kokoh diteras rumah.

"Sore Om". Sapa Vino.

Lucas hanya menatap Vino tajam. Tanpa membalas sapaannya.

"Liora Masuk". Titahnya dengan nada tegas.

Liora dengan cepat menuruti perintah Lucas.

Tatapannya kembali kepada Vino di hadapannya.

"Lain kali, jangan membawa anak orang sembarangan".

Nada bicara Lucas sangat tidak bersahabat.

"Maaf Om sebelumnya, saya hanya mengajak Liora Makan dan menonton Film".

Entah mengapa, darah Lucas mendidih saat tau Liora menonton bersama bocah tengil itu bukan dengannya.

"Ok.. untuk kali ini saya maafkan. Tapi untuk lain waktu, saya tidak akan mengijinkannya".

"Oh gak bisa begitu om. Saya ini kenal dengan Bunda Liora,dan beliau juga mengijinkan saya untuk berteman dengan Liora. Jadi saya gak janji buat GAK ngajak Liora Lagi Lain waktu".

"Tapi Saya yang diberi tanggung  jawab memantau Liora oleh Kakak saya selama beliau di Amrik. Jadi segala sesuatu mengenai Liora harus ijin terlebih dahulu melalui saya".

Lucas menekan setiap ucapannya.

Namun vino tak terlihat takut sedikitpun. Dirinya malah tersenyum.

"Saya sangat Faham... Tapi saya tidak bisa untuk tidak mengajaknya lagi Lain waktu".

Lucas mengeratkan Rahangnya.sambil menyipitkan kan tatapan tajamnya.

"Sekarang kamu pulang".

"Saya memang mau pulang... tapi ingat.. saya akan tetap mengajak Liora jalan Lain waktu. Baik mendapat ijinmu ataupun tidak sama sekali. OM Lucas . Mari....".

Vino menaiki motornya, melambaikan tangan sekali kepada Lucas. lalu meninggalkannya.

Wajahnya kini memerah menahan amarah. Kalau saja Vino seusianya sudah dia habisi.

Lucas menarik kerah bajunya,guna melonggarkannya sedikit. Hawa tubuhnya kini memanas.

Ia bergegas masuk kedalam rumah menggunakan langkahnya yang panjang, dengan tatapan tajamnya.

Ia berjalan menuju tangga. Namun dihadang oleh Deren.

"Stop Lucas.... tahan emosi Lo ".

"Bocah Sial*n itu udah ngehina Gua !".
Lucas terlihat sangat geram kepada Vino.

"I Know... tapi Please jangan Lampiasin ke Liora. U Love Her Right ?!!".

Deren menampar pelan Pipi Lucas,guna menyadarkannya.

"Dia masih kecil ,Lo harus ngertiin dia".

Lucas menatap Deren.

"Gua gak mau Lio sampe direbut orang Kak...".

"Dia pasti jadi milik Lo. Gua yakin ".  Ucap Deren meyakinkan sekaligus meredam amarah Lucas. Yang hampir saja melampiaskannya pada Liora.

Lucas dapat merubah-rubah sifatnya, dia bisa lembut dan juga bisa kejam hingga tempramental. Jika miliknya diusik orang lain.

Lucas mengurungkan niatnya. Ia tidak jadi kekamar Liora. Deren telah berhasil mendinginkan otak Lucas.

****


Liora sedikit terheran. Sudah larut malam mengapa Lucas dan yang lainnya tak kunjung datang untuk memarahinya.

Ada sedikit kelegaan dihatinya,namun Ia masih tidak ingin keluar kamar.

Ia memilih diam, walau perutnya kini sangatlah lapar.

Ceklek..

Ia terkaget saat pintu kamar terbuka. Tanpa adanya ketukan terlebih dahulu.

Liora menciut saat tau siapa yang datang.

Lucas menaruh segelas susu putih hangat, dan roti selai strawberry diatas meja belajar Liora. Lucas sekilas melirik Liora dengan wajah datarnya, lalu keluar dari kamarnya tanpa meninggalkan Satu katapun.

Liora membuang nafas lega, sembari mengusap dadanya. Dirinya pikir akan mendapat amukan dan hukuman tak senonoh dari Lucas maupun yang lainnya.






=》》》

We Are NOT Your UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang