33

2.9K 211 9
                                    

"Buka matamu".

Liora perlahan membuka matanya. Ia terpana melihat sebuah kalung berante silver dengan Liontin hati ukuran sedang berwarna Ocean Blue atau biru samudera yang tergantung didepan matanya.

 Ia terpana melihat sebuah kalung berante silver dengan Liontin hati ukuran sedang berwarna Ocean Blue atau biru samudera yang tergantung didepan matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia meraih Liontin cantik itu.

"Kalung siapa ini Om ? Cantik banget. Mirip kalung di Film Titanic". Ucapnya kagum.

"Kalung yang cantik. Di Khusukan untuk perempuan yang cantik". Jawab Lucas sembari mengalungkan ke Leher Liora,dan mengaitkannya.

Liora sedikit terbingung.

"Ini buat aku Om ?".

"Hadiah kelulusanmu". Ucapnya sembari sibuk mengaitkan ujung kalungnya.

Liora tersenyum senang.

"Pasti mahal". Terka Liora.

"Harga yang mahal untuk seseorang yang mahal".  Jawab Lucas.

Liora tersipu. Lucas pandai memperlakukan perempuan dengan manis.

"Balikkan badanmu".

Liora kembali membalikkan tubuhnya menghadap Lucas.

Lucas menatap intens Perempuan cantik dihadapannya.

"Cocok sekali dengamu Lio".

"Masa sih Om ?  Justru kalung ini keliatan terlalu cantik kalau dipakai aku. Jadi orang-orang malah bakal fokus ngeliatin kalung ini ketimbang muka aku". Ucap Liora sembari memainkan Liontin cantik itu menggunakan jarinya.

Lucas mengerutkan alisnya. Jari telunjuknya dan ibu jarinya meraih dagu mungil Liora dan sedikit mengangkatnya ke atas.

Liora kini menengadah menatap mata Lucas.

"Kata siapa ? Justru wajah ini lah yang membuatku hampir gila".

"Gila ?".

"Iya. Gila akan kecantikannya. Sampai rasanya Ingin mati jika terus membayangkannya setiap malam".

Wajah Lucas perlahan melesu.

Mereka terdiam sejenak.

"Kok dibayangin om.. ? Kan aku ada disebelah kamar Om. Kan bisa langsung ketemu". Ucap Liora pelan yang mampu membuat Lucas terkejut.

Lucas terkekeh. Menertawakan kepolosan Liora.

Ia tidak mengerti, maksud dari ucapan Lucas. Bukan sekedar 'Membayangkan' tapi merayap menjadi fantasi Liarnya.

"Iya.. aku akan selalu datang ke kamarmu kalau kangen". Lucas mengusap pipi kanan Liora.

"Tapi Om emang sering ke kamarku tanpa izinku". Ucap Liora

Lucas menggaruk tengkuknya.

"Iya juga sih".




Mereka terdiam saling bertatapan. Lucas menatap dalam mata Liora.

Mata lentik itu perlahan memerah,dan mengeluarkan titik-tituk air yang seakan ingin tumpah. Sampai akhirnya bendungan itu runtuh, air mengalir dipipinya.

Lucas mengusap buliran bening dari kedua mata Liora.

"Ada apa Lio ? Why U cry ?". Tanyanya Lembut.

Dengan mata merah nan sembabnya yg terus berair, Liora menatap Lucas.

"Hiks.... hiks...  aku Rindu Bunda dan Papah".

Lucas terkejut, menatap Mata Liora yang penuh akan keri duan kepada kedua orang tuanya yang terus ditahan kepulangannya oleh Ayahnya yang Egois.

Tangis Liora semakin pecah didalam pelukan Lucas.

"Hiks... menga-pa.... Bun-da... hiks.. dan Pa-pah tak pulang-pu-lang....? hiks...".

Lucas terdiam terenyuh mendengar ucapan Liora, ia sangat yakin jika Liora sangat merindukan kedua orang tuanya. Namun Lucas tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya.

"Sebenarnya Bunda dan papahmu tidak akan pulang Lio. Mereka sengaja menunggumu disana, agar kamu ikut kami ke Amerika bersama kami. Bukankah kamu ingin melanjutkan sekolah disana ?".

Liora terkejut menatap Lucas.

"Yang bener Om ?  Jadi mereka sengaja ? Nunggu aku disana ?".

"I-iya Liora. Maaf ya... baru memberitahumu". Lucas tersenyum.

Liora memanyunkan bibirnya kesal.

"Tapi kenapa mereka susah sekali dihubungi...?!  Kalau tau begini alasanya, aku gak akan nangis-nangis kangen mereka".

"Nanti kita telfonya mereka".

Liora tersenyum. Tak lagi menangis.

Secepat kilat Liora mencium pipi kanan Lucas .  Membuat Lucas terdiam ditempat.

"Makasih ya Om kalungnya hehe... aku suka banget".

****




Jam 20:35 malam.

Mereka berlima berkumpul di ruang tengah.

Liora duduk di satu sofa sendirian, menghadap keempat pamannya yang duduk berjajar didepannya.

Liora sangat senang, dirinya akan menelfon Sang Bunda dan Papahnya.

Namun Liora merasa sedari tadi dia duduk, tak jua keempat pamannya menelfon sang Bunda. Malah mereka berempat hanya terlihat berunding, lalu menatap Liora dengan dingin.

"Ka-pan Om... telfon Bunda ?".
Tanya Liora ragu.

"Ehem.... begini Liora. Sebelum kamu menelfon Bundamu. Kami ingin kamu bekerjasama dengan kami untuk tidak mengatakan segala hal yang pernah kami perbuat terhadapmu." Deren membuka suara.

"Kami mengijinkanmu menelfon kakak hanya untuk menanyakan kabar ,dan segala kerinduanmu. Kami harap kamu tidak kelepasan dalam pengucapanmu." Lanjutnya.

Gio dan Cleve hanya terlihat keduanya tersenyum miring.

"Kamu harus menuruti segala peraturan ini jika ingin berbicara pada Bundamu atau...."  

"Tidak sama sekali".  Sambar Lucas yang wajahnya terlihat dingin dengan tatapan tajamnya.

Liora sedikit menatap Lucas aneh. Pasalnya, tadi sore dia sangat lembut padanya. Mengapa sekarang kembali dingin padanya ?.

Liora memutar bola matanya malas terhadap Lucas.

Melihat itu,Gio semakin tersenyum.

"Paham Lio ?" Tanya Gio.

"Iya iya.." ucapnya malas.

Lucas memberikan Handphonenya pada Liora.

"Vcall".  Celetuk Liora.

"Telfon biasa". Jawab Lucas.

"Vcall" .balasnya.

"Telfon Biasa atau TIDAK USAH SEKALIAN". Tekannya.

"Sudahlah Lucas it's Ok... Biarin dia vcall". Cleve menepuk Pundak Lucas.

Lucas sekilas melirik Cleve.

"WHATEVER". Ketusnya.

Liora tersenyum Menang seolah mengejek Lucas.

Liora mulai memanggil nomor yang tertara.

Tuut...tut..tut.....

"Halo..Bunda....Papah.... Ini Liora".





=》》》

We Are NOT Your UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang