87

1.4K 78 10
                                    


Typo bertebaran.



.
.
.
.

Setelah dirasa cukup walau sebenarnya tak akan pernah cukup bercengkrama dengan gadis yang dicintainya.

Sangat berat rasanya Ia melepaskan pelukan yang sedari 2 jam lalu erat tanpa sedikitpun kendur.

Dengan berat hati Cleve melepaskan pelukannya. Sekali lagi menciumi wajah Liora dengan lembut dan mendamba. Sampai akhirnya bibir serta hidungnya berdiam menempel dipipi kanan Liora cukup lama.

Sekali lagi air matanya menetes. Cleve yang bertubuh kekar nangagahpun bisa runtuh karna cinta.

Cup..

Bunyi kecupan terakhir terdengar nyaring saat dirinya menarik bibirnya dari pipi Liora.

"Kamu akan tetap menjadi yang nomer satu didalam hatiku. Cintaku,kasihku,wanitaku dan Istriku Liora Rainey".

Satu kecupan hangat mendarat dipunggung tangannya.

Liora hanya tersenyum haru didalam tangkupan kedua telapak tangan besar Cleve.

Cleve bangkit dari kasur. Kakinya melangkah perlahan menjauhi kasur. Namun tatapan dan tangannya tak bisa berpaling dari sosok cantik itu.

Sampai akhirnya pegangan ditangannya terlepas. Senyuman terakhir Cleve berikan sebelum benak-benar keluar dari pintu kamar.

Blam.

Pintu tertutup. Liora masih terdiam menatap pintu.

Ia meremas dadanya. Sesuatu terasa ada yang hilang dalam dirinya.

Perpisahan yang begitu haru antara dirinya dan Cleve.

Liora tidak pernah membuka hati. Namun sialnya Cleve dengan mudah mendobraknya.

Disisi lain.

Cleve menutup Pintu kamar Liora dengan wajah sendunya. Badannya terdiam saat melihat Lucas yang sedang bersandar di dinding tepat sebelah Pintu kamar Liora.

Rupanya memang sedari tadi Lucas menunggunya diluar sembari menahan cemburu yang amat sangat. Namun bagaimanapun Cleve telah meminta izin kepadanya.

Lucas menatanya tajam.

"Udah ?". Tanyanya dingin.

"Hmm... thank You so much". Cleve tersenyum dengan mata sembabnya.

Lucas menghembuskan nafas berat. Lalu mengangguk sambil mata terpejam.

Cleve berlalu pergi meninggalkan Lucas.

Melihat mata Cleve yang sembab dan senyumannya. Membuat Lucas kepikiran.

"Apa yang dia lakukan didalam bersama Liora..?" Desisnya sinis.

Tak pikir lama. Lucas segera membuka pintu kamar Liora.

Lucas terdiam melihat liora yang seolah terkejut atas kedatangannya yang tiba-tiba dengan air mata yang mengalir dikedua pipinya.

Setelah menutup pintu. Ia berjalan pelan menghampiri Liora dengan wajah yang tak bisa diartikan.

Lucas duduk bersimpuh didepan Liora yang duduk ditepi ranjang. Segera Liora menyeka air matanya cepat.

"Sayang...kamu nangis ?". Tanya Lucas lembut.

"Enggak papa kok Om".

"Untuk siapa kamu menangis..? Bukan untukku kan ?".

Cup..

Liora mengecup singkat bibir Lucas.

"Aku cuma cinta sama Om Lucas". Ucapnya sedikit sumbang.

Lucas merebahkan kepalanya dipapa Liora.

We Are NOT Your UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang