PART 10

2.8K 220 9
                                    

"Ge...!!!" Panggil Ratna pelan kepada Gella yang duduk disampingnya.

"Apa bu." Jawab Gella

"Tuh...!!!" Kata Ratna menunjuk kurir pengantar bunga. Posisi duduk mereka yang berada di belakang counter mampu dengan jelas melihat siapa saja yang datang.

Gella memejamkan matanya sesaat. Dia tidak tahu harus menghadapi si pengirim bunga tersebut seperti apa lagi. Ini sudah bunga ke 4 yang dikirim hari ini. Kemarin-kemarin juga berdatangan kurir mengirimkan bunga-bunga ke toko tempat Gella bekerja. Dan siapa lagi pengirimnya kalau bukan Roland Aji Anggoro.

3 bunga sebelumnya sudah Gella singkirkan di belakang, 3 bunga yang dipesan di toko yang berbeda. Gella menempatkan di tempat istirahat para karyawan. Dan Gella sama sekali tidak berniat untuk menemui kurir tersebut. Biarkan diurus oleh satpam toko.

Tapi yang Gella lihat pak Sigit si satpam toko justru mendekat kearahnya tanpa membawa bunga yang dikirim. Kurir juga masih menunggu di depan pintu.

"Bu Gella. Itu ada kiriman lagi." Kata Sigit menjelaskan.

"Terima aja kaya biasanya pak..." Jawab Gella. Memang biasanya diterima oleh pak Sigit, dan kemudian kurir segera pergi.

"Katanya harus bu Gella sendiri yang terima." Ucap Sigit menjelaskan alasan si kurir masih menunggu.

Gella menghembuskan nafas kasar, kemudian berdiri dari duduknya untuk menemui si kurir bunga.

"Ambil dulu sana Ge." Kata Ratna memaksa, karena Gella terlihat ogah-ogahan.

"Gimana mas...!!!??" Kata Gella setelah dia sudah berada dihadapan kurir toko bunga berseragam kuning yang bagian dada kiri berbordir nama toko bunga tersebut.

"Dengan bu Gella yaa..???" Tanyanya.

"Iya saya sendiri."

"Ini bu, ada kiriman untuk ibu." Kata si kurir sembari menyerahkan kirimannya kepada Gella.

Gella menerima buket bunga tersebut. Kemudian si kurir meminta tanda tangan Gella sebagai tanda terima. Gella hanya menuliskan namanya saja, tidak membubuhkan tanda tangan. Lagi pula juga kemauan Roland sudah terlaksana bukan.

"Si RLND lagi Ge...???" Tanya Ratna begitu Gella sudha kembali duduk disampingnya.

"Iya bu."

"Siapa sih itu...!!???"

"Pacar barumu ya Ge...???" Tanya Ratna penasaran. Gella memang tidak bercerita soal Roland kepada Ratna.

"Bukan bu...!!!" Sanggah Gella cepat.

"Penggemar ya...!!!"

"Orang iseng deh kayanya bu." Kata Gella.

"Iseng kok tiap hari."

Tapi Gella diam. Tidak mau menjawab apa-apa. Hanya tidak ingin saja nantinya Ratna akan mencecarnya dengan pertanyaan lain.

Gella sangat yakin tak lama lagi handphonenya pasti berbunyi. Entah notifikasi chat, atau ada panggilan masuk. Tapi biasanya akan ada pesan singkat yang dikirim Roland setelah ada kurir mengantarkan bunga.

Dugaan Gella benar. Handphonenya berdering, panggilan dari nomor yang sudah beberapa hari mengganggunya. Siapa lagi kalau bukan ulah Roland. Walaupun Gella tidak menyimpan nomor tersebut tapi dia sudah sangat hapal nomor Roland.

"Aku angkat telfon bentar ya bu..." Ijin Gella yang kemudian berlalu menuju belakang.

"Udah diterima bunganya kan Ge...???" Suara berat laki-laki dari seberang sana setelah Gella menggeser ikon hijau dilayar ponselnya.

Luka atau Duka [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang