PART 74

1.1K 168 24
                                    

Sudah Up ya friends !!!
Selamat bermalam minggu untuk semuanya.
Jangan lupa bagi bintang-bintangnya supaya aku jadi lebih semangat !!!
Masih banyak typo, happy reading and enjoy.

Sisa hujan subuh tadi meninggalkan bekas basah pada dedaunan. Udara pagi itupun cukup mencekam kala hembusannya menusuk kulit yang terbuka. Bekas hujan yang masih sangat ketara dirasa adalah langit yang belum mengijinkan sang fajar menampakkan diri.

Tatapan Gella memandang lurus, entah objek apa yang sedang diamati wanita itu dari balkon lantai 2 rumahnya. Yang jelas bukan pemandangan menarik karena biasanya sejauh mata memandang hanya pepohonan ataupun atap rumah tetangganya yang terlihat.

Air perasan jeruk nipis yang ada di atas meja disampingnya masih mengepulkan asap. Setidaknya sudah siap diminum, dibandingkan saat cangkir tersebut pertama kali ia bawa.

Tangannya meraih pegangan cangkir tersebut, dengan perlahan ia dekatkan menuju bibirnya. Aroma asam yang menguar dari jeruk nipis dipadu dengan aroma madu menjelajah masuk menuju lubang hidungnya. Dihirupnya dalam-dalam aroma menenangkan itu sebelum memutuskan untuk membawa cairan putih keruh itu memasuki tenggorokannya.

Pusing yang ia derita terkadang masih muncul. Memang gejalanya ringan dan kadang tak lama pusing yang melanda hilang dengan sendirinya. Gella tak berani meminum obat pereda pusing. Yang menjadi andalannya hanya air jeruk nipis hangat ditambah dengan madu.

2 minggu pasca meninggalnya Jana tak semata-mata membuat Gella menjalani hidup seperti biasanya. Bahkan seringkali wanita itu menangis hanya karena teringat akan ibunya. Tak terkecuali semalam, bahkan tangis rindu akan ibunya melebur menjadi 1 bersama tetesan deras air hujan yang jatuh membasahi bumi.

"Sayang !!"

Suara yang sudah sangat Gella hafal muncul dari bagian dalam rumah. Roland sudah dalam keadaan rapi. Lelaki itu sudah kembali bekerja setelah ia rasa Gella sudah bisa ia tinggalkan.

"Ya mas." Sahutnya.

"Sarapan yuk !!" Ajak Roland, sebab pagi ini lelaki itu perlu pergi bekerja.

Roland berdiri didepan istrinya. Tangan kirinya meraih cangkir bekas istrinya, sedangkan tangan kanannya terulur untuk membawa Gella kembali masuk kedalam rumah.

Nanti makan siang diluar aja gimana !??" Tanya Roland disela-sela perjalanan mereka menuju meja makan.

"Mau lunch dimana emangnya !??"

"Terserah kamu mau makan apa pun dan dimana pun."

"Mmmm...apa ya !??" Tanya Gella kebingungan sendiri ingin makan apa nanti siang.

"Nanti ajalah mas, gampang." Lanjutnya karena masih belum mengetahui ingin makan apa nanti siang.

Dimeja makan sudah ada Angga menunggu. Penampilan acak-acakan Angga menandakan lelaki itu baru saja bangun dan tentunya belum mandi. Kaos dan juga celana kolor yang Angga kenakan masih pakaian semalam.

"Belum mandi udah ngopi." Komentar Gella sembari wanita itu menuju dapur membantu mbak Siti mengeluarkan menu sarapan yang sebagian sudah tertata dimeja.

"Enggak kerja kamu !??" Tanya Gella saat kembali mendekati suami dan adiknya membawa serta tahu goreng yang sudah dimasak oleh mbak Siti.

"Agak siang nanti ke studio." Jawab Angga. Tangannya sudah bersiap meraih tahu dari tangan Gella. Tinggal menunggu piring berisi tahu tersebut kakaknya letakkan diatas meja.

"Kopinya pak." Ujar Siti dengan pelan menurunkan cangkir berisi kopi untuk Roland.

"Makasih mbak Siti." Kata Roland. Lelaki itu juga segera menyesapnya sedikit saat kopi tersebut masih dalam keadaan panas. Kopi hitam memang cocok dengan suhu tinggi.

Luka atau Duka [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang