PART 42

1.4K 147 7
                                    

Jangan lupa kasih votenya 🥰
Happy reading and enjoy

Liam terbaring lemah didalam kamarnya. Sudah 3 hari lelaki itu tak beraktivitas lebih. Tubuhnya masih sakit dan juga memarnya kian terlihat membiru. Amarah kakaknya malam itu benar-benar diluar kendali Liam. Bachtiar yang sudah habis kesabaran pun tak lagi bisa menahan amarahnya. Sejak diberitahu tentang Liam yang menginginkan Mutia untuk melakukan aborsi Bachtiar sudah sangat ingin menghajar adiknya, memberi pelajaran untuk Liam agar laki-laki itu tak bisa seenaknya sendiri.

"Jul...!!!" Ketukan pintu yang tak terlalu kencang itu membuat Liam melirik pintu kamarnya.

"Mbak masuk ya..!!" Kata Ratna lagi karena tak ada sahutan dari dalam.

"Iya mbak." Jawab Liam. Ratna dengan perlahan membuka engsel pintu kamar Liam. Dengan berhati-hati karena membawa makan siang untuk Liam ibu 3 anak itu masuk kedalam.

"Makan dulu." Kata Ratna setelah meletakkan makan siang Liam dinakas samping ranjang adiknya tersebut. Liam yang tahu diri sudah membuat kakak iparnya kerepotan membawakan makan segera duduk bersandar pada head bed ranjangnya.

Ratna segera menyerahkan piring yang sudah dipenuhi dengan lauk lengkap dengan sayur. Meskipun kesal dengan tingkah kelakuan Liam, Ratna juga masih peduli dengan kondisi adiknya tersebut.

Lelaki itu sudah paham, kakak iparnya tak akan meninggalkan dirinya sebelum makanan dipiring tersebut sudah habis.

"Masih sakit ya..!??" Tanya Ratna saat melihat adiknya seperti masih kesakitan saat mengunyah makanannya.

"Iya mbak." Jawab Liam seadanya.

"Pelan-pelan aja makannya."

Liam tak menjawab, lebih memilih untuk kembali melanjutkan makan siangnya.

"Anak-anak enggak mau kesini jengukin aku mbak ???" Tanya Liam, sebenarnya berniat bercanda. Tapi tatapan Ratna sendu padanya.

"Enggak dibolehin papinya." Jawab Ratna jujur.

"Mas Fendi masih marah sama aku ya mbak...!??" Liam terlihat menyesal. Sendok ditangannya ia letakkan begitu saja.

"Aku juga sebenarnya masih marah sama kamu Jul, tapi mau bagaimana lagi." Keduanya saling pandang. Tapi lama-lama Liam yang tak kuat melihat kekecewaan Ratna padanya menundukkan kepala.

"Aku juga sebenarnya pengen ngamuk, pengen hajar kamu, pengen maki-maki kamu."

"Kamu jelas tahu kita kecewa sama kamu Jul. Apalagi papinya Ettan, bagi dia cuma kamu yang dia miliki sekarang. Dan kamu lukai perasaan kakakmu sedalam itu, kira-kira sendiri deh seberapa dalam rasa kecewa dia ke kamu."

Ratna berhenti sejenak. Memperhatikan Liam yang masih menunduk. Entah karena takut atau karena menyesali perbuatannya.

"Apalagi waktu papinya Ettan tahu kamu minta Mutia aborsi. Dosa kamu dobel-dobel Jul. Kamu sudah dapat dosa zina, dan kalau waktu itu Mutia mau aborsi kamu juga dapat dosa membunuh."

"Kamu bahkan enggak beranikan ketemu orang tua Mutia sampai detik ini...!!"

"Mereka cuma mau kamu dateng minta maaf." Kata Ratna lagi.

"Mbak terus terang, aku belum siap menikah. Apalagi dipaksa menikah." Jawaban Liam jika didengar Bachtiar pasti akan membuat laki-laki itu kembali terpancing emosi dan kembali memukuli adiknya.

"Kenapa, karena Gella...!??" Tanya Ratna, hal itu membuat Liam kian dalam menatapnya.

"Jangan berharap sama Gella Jul, memang pada dasarnya Gella diciptakan bukan untuk kamu."

Luka atau Duka [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang