Selamat bermalam Minggu sayang-sayangku...
Jangan lupa kasih votenya...
Happy reading and enjoy...Nyonya rumah mewah itu sudah bersiap diri. Penampilannya sudah bak wanita sosialita dengan segala macam barang bermerek menempel di tubuhnya. Dan jangan lupakan tas dengan merek ternama yang ukurannya tak begitu besar kini ada digenggaman tangannya.
Bayangkan saja, 5 sapi Limosin dalam genggaman Gella sekarang.
Gella dan suaminya sudah hampir 2 minggu kembali ke kediaman utama Roland. Dan kegiatan Gella sebagai ibu rumah tangga tentunya hanya monoton seperti itu-itu saja.
Tapi tidak untuk hari ini. Istri pengusaha itu sudah membuat janji dengan salon langganannya. Wanita itu hanya tinggal menunggu mobil yang akan mengantarkannya ke salon. Setahu Gella pak Sigit sedang mengecek kondisi mobil yang akan mengantar majikannya siang ini.
"Bu mobilnya sudah siap..!!" Lapor si sopir pada Gella yang sedang menunggunya di teras samping sembari menikmati seduhan teh Rosemary.
"Iya pak."
Sang sopir berjalan terlebih dahulu didepan Gella. Baru setelannya wanita itu mengikuti pak Sigit menuju pintu utama.
Saat kakinya menapaki teras rumah 2 ajudan yang dipekerjakan oleh suaminya bahkan sudah menunggu. Dan jangan lupa dibelakang mobil yang akan Gella naiki sudah ada mobil yang akan dikendarai bodyguard-nya.
Hal itu membuat Gella menghela nafas dalam. Walaupun sudah terbiasa ada mereka, tapi Gella masih sungkan. Dia juga tak nyaman jika kemanapun dia pergia akan selalu ada yang mengikuti.
Pak Sigit dengan segala kesiapan sudah membuka pintu penumpang dan menunggu si nyonya untuk segera masuk. Dengan langkah pelan Gella segera mendekati mobilnya. Tapi langkah wanita itu terhenti, padahal tinggal melangkahkan kaki tubuhnya sudah masuk kedalam mobil yang terbuka tersebut.
Gella memegangi pintu mobil dan memutar kepalanya kesamping kanan. Tepat dimana 2 orang dengan tubuh bugar karena rutin melakukan pelatihan di gym tersebut berdiri.
"Saya hari ini cuma ke salon. Enggak lama, enggak sampai sore." Kata Gella tanpa mengucapkan nama Andi maupun Irvan.
"Saya pergi dengan pak Sigit aja cukup." Lanjut Gella setelah 2 orang tersebut memperhatikan dirinya.
Andi, si bodyguard yang Dihan katakan mirip Rowoon tersebut maju satu langkah.
"Maaf bu, tapi sudah tugas kami untuk mengikuti kemanapun bu Gella pergi. Keselamatan bu Gella adalah prioritas dari pekerjaan kami." Jawab lelaki itu dengan suara tegasnya.
"Ndi maju sini...!!!" Kata Gella diikuti dengan gerakan tangan memanggil si ajudan tersebut.
Patuh dengan ucapan Gella juga kewajiban baginya. Meskipun Roland yang memberikan mereka gaji.
"Iya bu." Kata lelaki itu dan segera melangkahkan kakinya mendekati Gella. Saat jarak mereka kira-kira hanya 4 langkah lelaki itu berhenti.
"Kamu tahu enggak kalau pak Sigit itu pemegang sabuk hitam karate !??" Tanya Gella dengan tenang. Hal itu membuat Andi melirik kearah pak Sigit yang masih setia berdiri disamping pintu mobil yang dipegangi Gella.
"Baliau sebelum kerja sama suami saya adalah guru karate. Jadi seharusnya kamu paham kalau pak Sigit juga pastinya akan menjamin keselamatan saya." Lanjut Gella karena Andi yang terkejut tak menjawab pertanyaannya.
"Jadi siang ini saya pergi sama pak Sigit aja." Tegas Gella sekali lagi.
"Maaf bu, tapi atas perintah pak Roland kami harus ikut kemanapun bu Gella pergi." Meskipun suaranya tegas tapi lelaki yang Gella perkirakan seumuran dengannya itu terdengar sangat sopan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka atau Duka [ ON GOING ]
RomanceBaca cerita kedua ku yukk...!!!! . . . . Kisah tentang seorang gadis cantik dan pintar yang mandiri. Rumah tangga kedua orang tuanya yang kandas justru membuat dirinya mampu menghadapi segala masalah yang menerpa tanpa mengeluh. Kisah percintaannya...