PART 72

1.3K 184 15
                                    

Sudah up yaa friends 😉
Jangan lupa bagi bintang-bintangnya..
Jangan lupa juga follow akun aku, (uupss)
Masih banyak typo, sorry !!!
Selamat bermalam Jum'at nanti...
Happy reading and enjoy 🥰🥰🥰

Tidur lelaki itu tak nyenyak semalam. Berulang kali bahkan Roland terjaga dari tidurnya. Perasaan bersalahnya pada Gella masih tertanam dalam lubuk hatinya. Juga kala teringat tatapan kecewa Gella padanya membuat lelaki itu sadar tak seharusnya dia lebih memilih pergi bersama Mega tempo hari.

Roland tak pulang kerumah semalam, lelaki itu memilih beristirahat di apartemennya. Pikirnya, untuk apa pulang kerumah kalau Gella saja tidak ada disana.

Gella-nya aku,
Sayang aku pagi ini kerumah sakit
Kamu mau apa ???

Pesan singkat lelaki itu tak kunjung mendapat balasan. Bahkan tanda bahwa pesan tersebut dibaca saja tidak ada. Telepon dari Roland bahkan tak mendapat jawaban dari Gella.

Lelaki itu sudah rapi. Tapi penampilannya pagi ini tak formal sebab Roland memilih tidak pergi kekantor. Tujuannya tentu saja ingin menemani Gella dirumah sakit.

"Selamat pagi pak !!!" Sapa Ryan yang sudah bersiap diruang tengah apartemennya.

Ryan datang untuk meminta tanda tangan Roland di beberapa berkas. Juga ada beberapa berkas yang perlu persetujuan dari Roland.

"Aku enggak kekantor beberapa hari kedepan." Kata Roland tegas. Lelaki itu mulai melihat satu persatu map yang sudah Ryan siapkan.

"Baik pak."

"Pending dulu semua jadwal meeting dan kunjunganku sampai Gella sembuh." Titahnya.

"Baik pak."

Roland kembali hanyut dalam pekerjaannya dalam diam. Lelaki itu perlu membaca berkas apa saya yang harus dia beri tanda tangannya.

"Surat perjanjian Mega sudah kamu urus kan Yan !??" Tanya Roland saat ingat jika selembar kertas perjanjian tersebut tentu saja sangat penting baginya.

"Sudah pak, juga sudah ada tanda tangan Mega diatas materai." Kata Ryan.

"Simpan baik-baik surat itu."

"Iya pak."

Roland tak mengira jika ia lebih memilih menyelesaikan sendiri masalahnya dengan Mega justru berdampak panjang. Padahal niat awal lelaki itu membantu Mega adalah sebagai tanda pertemuan terakhir mereka. Sebab setelah ini memang Roland akan menyelesaikan secara hukum jika memang Mega nekat mengganggu dirinya maupun Gella.

"Kamu kenapa enggak kasih tahu aku kalau Gella masuk rumah sakit !??" Tanya Roland sembari menatap tajam Ryan.

"Maaf pak, tapi kemarin saya tidak bisa menghubungi pak Roland." Tapi memang itu alasan dirinya tak bisa memberi kabar pada bosnya.

"Oh shit...!!!" Maki Roland lirih.

"Semua urusan pemakaman, mobil dan perawatan papa tirinya Gella gimana !??"

"Semua sudah beres ditangan Pak Bachtiar pak." Jawab Ryan.

"Pak Bachtiar !!!" Seru Roland.

"Iya pak." Jawab Ryan sembari menundukkan pandangannya. Lelaki itu bahkan tak berani menatap langsung wajah bosnya.

"Gimana bisa pak Bachtiar yang urus. Aku kan sudah minta kamu untuk jaga Gella. Masak iya hal seperti itu sampai pak Bachtiar yang urus." Kata Roland dengan nada tinggi mengomeli anak buahnya.

"Maaf pak, tapi dihari yang sama saat pak Roland memutuskan untuk pergi ke Pekanbaru bersama Mega saya juga terbang ke Singapura." Jawab Ryan dengan jelas, tapi lelaki itu belum berani mengangkat pandangannya.

Luka atau Duka [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang