PART 79

1.3K 149 7
                                    

Selamat berhari libur yaa !!!
Harusnya aku up kemarin. Tapi ketiduran, maaf yaa..
Masih banyak typo..
Jangan lupa kasih bintang-bintang

Dua pasang kaki itu melangkah perlahan. Menapaki dengan tenang lantai dengan keramik berwarna putih dan dikombinasikan dengan beberapa warna lain sehingga memiliki tatanan tertentu di koridor yang Roland dan istrinya lalui tersebut. Bukan keramik mengkilat yang biasanya terpasang di lantai mall. Tapi memang keramik yang di desain tidak licin saat dilewati berbagai jenis alas kaki.

Tangan Gella melingkari lengan kiri suaminya dengan erat. Kaki Roland yang lebih panjang seakan-akan dipaksa untuk lebih berhati-hati dalam melangkah sebab tak ingin istrinya kesusahan menyamakan langkah.

"Galang niat banget ya mas." Komentar Gella ditengah-tengah perjalanan mereka.

"Kenapa !??"

"Masa iya cuma lahiran aja dia booked kamar rumah sakit yang harganya enggak masuk akal." Kata Gella menjelaskan alasannya mengatakan jika Galang kelewat niat menyiapkan ruang bersalin istrinya.

"Enggak masuk akal gimana !??"

"Duit 40 juta buat dia juga masalah sepele."

"Keluarganya Galang kan banyak. Belum keluarganya Novy. Fasilitas yang didapat dari harga segitu juga enggak main-main lho. Ada kamar khusus untuk keluarga pasien, ada ruang tamu dan ruang santai juga. Jadi kalau ada tamu berkunjung enggak menggangu pasien soalnya bisa menerima tamu di ruang tamu yang tersedia." Kata Roland yang bertentangan dengan pendapat istrinya. Tapi bagi Gella jelas itu adalah sebuah pemborosan.

"Ya kamu ngomong gitu soalnya omsetnya kan juga masuk rekening kamu." Sindir Gella.

"Nah, itu tahu...!!!" Seru Roland sembari terkekeh membenarkan ucapan istrinya.

"Aku juga bakal lakuin hal yang sama untuk lahiran kamu nanti." Lanjut Roland dengan tulus.

"Kalau aku ya mending buat kebutuhan lain. Aku justru maunya lahir di bidan aja nanti." Jawab Gella berangan-angan.

"Tapi kayanya enggak mungkin ya mas." Katanya lagi mengingat kondisi kehamilannya jelas bukan kondisi biasa.

Tangan kiri Roland menangkup tangan Gella yang ada dilengannya. Mengusapnya pelan untuk sedikit mengurangi kecemasan istrinya. Bahkan Roland masih sangat ingat ucapan dokter kandungan istrinya dua minggu yang lalu, dimana ia mengatakan bahwa mustahil Gella bisa melahirkan normal.

"Yang penting nanti kamu sama si adek sehat." Jawab Roland tanpa perlu menjelaskan apapun mengenai tempat dimana istrinya melahirkan.

Gella yang tak berniat menjawab suaminya memilih diam hingga keduanya tiba diruang rawat yang Novy tempati.

Benar kata Roland. Begitu Roland membuka pintu mereka disambut dengan ruang tamu minimalis. Ruangan tempat Novy dirawat sudah bak kamar hotel dengan fasilitas lengkap. Tak heran jika fasilitasnya lengkap, harganya saja tidak main-main.

"Assalamualaikum....!!!" Seru Gella sembari melangkah kian masuk menuju ruangan utama yaitu ruangan pasien.

Kian masuk pendengaran Roland dan Gella bisa menangkap dengan jelas jika ada orang lain selain Galang dan Novy.

"Wa'alaikumsalam..." Sahut suara lain dari dalam.

Dan nyatanya ada om Rusdi dan tante Ana, orang tua dari Galang. Sahutan salam yang terdengar bahkan dijawab langsung oleh om Rusdi.

"Roland...!!!" Serunya kala mendapati Roland bersama Gella muncul.

Seperti biasa, tentunya mereka saling bersalaman. Bertanya kabar sebab lama tak berjumpa secara langsung. Gella juga melakukan hal yang sama seperti yang suaminya lakukan.

Luka atau Duka [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang