PART 75

1K 162 20
                                    

Sudah up yaa friends...
Jangan lupa bagi bintang-bintangnya...
Masih banyak typo, boleh banget dikasih tanda..
Happy reading and enjoy!!!

Lelaki bertubuh tinggi tegap itu memandangi tubuh Gella dari belakang. Tak menegur sama sekali, hanya fokus melihat apa yang Gella lakukan. Meskipun dari arah belakang tapi Angga tahu apa yang sedang dilakukan kakaknya.

"Kak."

Sadar ada Angga disana Gella memutar kepalanya 45°. Hanya untuk memastikan Angga datang sendiri.

"Sampai kapan kakak enggak mau ngomong sama mas Roland kalau kakak lagi hamil !??" Pertanyaan semacam itu sudah sering Angga sampaikan kepada kakaknya.

Gella hanya terdiam, tangannya masih sibuk mengaduk susu yang sedang ia buat untuk diminumnya sendiri pagi itu.

"Masa iya tiap pagi dan malam harus sembunyi-sembunyi dari mas Roland kalau mau buat susu."

"Papa juga harusnya sudah tahu kalau papa bakal jadi kakek." Cecar Angga lagi.

Lagi-lagi Gella tak menjawab, wanita itu membalikkan badannya membawa serta susu ibu hamil varian mocca menuju kursi terdekat.

"Pokoknya enggak untuk saat ini Ngga. Mas Roland lagi banyak fikiran sekarang."

"Kakak juga enggak mungkin mau diem terus sampai nanti, sedangkan nanti perut kakak pasti membesar."

"Kakak pasti ngomong sama papa, tapi nanti dulu setelah periksa ke dokter yang kedua kalinya kakak pasti cerita sama papa."

Setelah menjawab seluruh pertanyaan adiknya dengan perlahan susu ditangannya ia habiskan.

"Barangkali kalau kakak jujur sama mas Roland, dia bakal seneng dan siapa tahu kabar kehamilan kakak jadi berita bagus buat dia. Aku yakin mas Roland pasti lebih semangat lagi dalam menghadapi masalah yang terjadi sekarang." Kata Angga menyampaikan pendapatnya.

"Nanti aja setelah masalah kerjaan mas Roland sudah ditangani dengan baik." Kata Gella yang berarti menolak untuk jujur pada Roland saat ini.

"Oh iya, kamu mau apa kedapur pagi-pagi !??" Tanya Gella. Matanya memindai penampilan Angga dari atas hingga bawah. Sejauh ini adiknya sudah dalam keadaan rapi, dan wangi tentunya.

"Mbak Siti enggak masak ya !??" Tanya Angga sebab yang dia lihat tidak ada mbak Siti disana. Juga kondisi dapur yang rapi menjelaskan tidak ada aktivitas memasak pagi ini.

"Hari ini pengen sarapan nasi kuning. Mbak Siti baru kakak suruh beliin nasi kuning di warung deket kantor pos itu " Gella berdiri untuk meletakkan gelas kotor bekasnya kedalam wastafel.

"Mau ngopi dulu enggak, kakak buatin !??"

"Iya." Jawab Angga singkat dan memilih menunggu kopi buatan kakaknya dimeja makan.

"Pakai krimer enggak ???" Seru Gella dari dapur.

"Pakai." Sahut Angga.

"Aku enggak pakai ya sayang." Sahut Roland juga.

Gella yang ada di dapur segera menengokkan kepalanya kearah ruang makan. Dan menemukan suaminya bersiap akan menduduki kursi meja makan bersama Angga juga.

"Iya."

"Kapan turunnya mas !??" Tanya Gella, wanita itu was-was jika Roland sudah turun sejak tadi dan mendengar percakapannya dengan Angga. Gella segera menyerahkan 2 cangkir kopi sesuai request suami dan adiknya.

"Baru aja, waktu aku minta kopi tadi aku barusan dateng." Jawab lelaki itu.

"Makasih ya sayang." Ujar Roland lagi sembari mendekatkan cangkir lebih dekat dihadapannya.

Luka atau Duka [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang