PART 73

1.1K 161 8
                                    

Selamat berjum'at malam ya teman-teman...!!!
Maaf untuk keterlambatan up cerita ini.
Terimakasih banyak untuk teman-teman yang tidak meninggalkan lapak Roland dan Gella.
Jangan lupa bagi bintang-bintangnya !!!
Warning, masih banyak typo...
Happy reading and enjoy !!!

Sudah 30 menit Roland berkendara. Matanya sesekali memandangi istrinya yang terlihat masih banyak diam. Gella lebih memilih memandangi pemandangan diluar kaca mobil yang disupiri langsung oleh suaminya.

"Sayang, mau mampir beli apa gitu enggak !??" Tanya Roland memecah keheningan selama perjalanan mereka.

"Enggak mas." Lagi-lagi jawaban Gella terlalu padat dan singkat. Juga tak ada sedikitpun wanita itu berbicara sembari memandangi Roland.

"Mumpung masih dijalan, sekalian mampir." Kata Roland lagi mencoba merayu.

"Enggak perlu mas."

"Oke." Roland yang tahu jika Gella tak bisa dipaksa memilih kembali diam.

Gella masih dalam posisi yang sama. Roland bahkan kembali fokus dengan jalan dan laki-laki itu kembali menjalani aktivitas sebelumnya, yaitu sesekali memandangi Gella. Roland yang tahu istrinya saat ini masih berduka hanya ingin memberi sedikit ruang.

Roland juga paham, mengikhlaskan kepergian orang yang paling berarti dan paling dicintai tidak mudah. Lelaki itu bahkan sudah 2 kali mengalami kepergian paling pahit dalam hidupnya. Dan waktu untuk sembuh pun juga tak serta merta terjadi dalam waktu singkat.

"Loh mas, ini bukan jalan pulang kerumah lho....!!!" Seru Gella kala menyadari arah yang tidak seharusnya ia lewati untuk pulang kerumah Roland.

"Iya, kita sementara tinggal dirumah kamu aja ya !!!" Roland tak ingin egois, karena dia yakin Gella pasti masih ingin berada dirumah lamanya.

"Kenapa !??"

"Enggak apa-apa, nanti aja setelah 100 harinya mama kita balik kerumah." Ujar Roland sembari tangan kirinya terulur untuk mengusap lembut kepala istrinya.

Terlihat Gella tak menanggapi suaminya. Wanita itu kembali diam, tapi kini pandangannya lurus tak lagi memandangi kaca samping.

"Bener enggak mau beli apa gitu !??" Tanya Roland lagi.

"Enggak usah mas, dirumah ada Dihan nunggu." Jawab Gella.

"Ya udah." Roland kali ini benar-benar mengalah. Dia tak lagi menawari apapun pada istrinya. Ia juga segera mengarahkan mobilnya menuju rumah Gella.

Perjalanan mereka tak begitu jauh dari rumah sakit. Kurang lebih setengah jam kemudian mobil yang Roland kendarai susah tiba di depan rumah Gella.

Pintu pagar rumah tersebut terbuka lebar. Tenda bekas acara takziah masih berdiri kokoh di pekarangan, tapi tenda yang terpasang dijalan depan rumah Gella Susah dibongkar. Roland bisa melihat ada mobil Angga dan juga mobil ayah mertuanya berjajar dibawah kanopi. Ada juga mobil lain yaitu mobil Dihan yang ada di halaman. Roland memutuskan memarkirkan mobilnya disamping mobil Dihan.

Gella membuka sendiri pintu mobil, turun dengan perlahan. Roland segera mengambil barang bawaan dari rumah sakit yang tak seberapa banyak itu.

"Tante Ge !!!" Seru Zora diteras rumah, bocah itu berada di gendongan Angga saat ini.

"Iya." Jawab Gella sembari berjalan sangat perlahan mendekati 2 orang yang menyambutnya tersebut.

Roland segera menyusul istrinya. Segera ia raih tubuh Gella kala sudah berada dekat dengan Gella.

"Aku mau turun !!!" Zora berontak dalam gendongan Angga karena ingin diturunkan.

"Iya." Angga merendah tubuhnya agar bisa menurunkan Zora dengan selamat.

Luka atau Duka [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang