PART 31

1.7K 119 5
                                    

Happy reading sayangku 🥰🥰🥰
Jangan lupa kasih vote
Typo masih ada, boleh banget dikasih tanda....

Ruang rapat kecil berkapasitas 15 orang itu tak sepenuhnya terisi. Dan biasanya ruangan tersebut jika digunakan oleh anak buah Ratna suasana cenderung riang dan banyak bercanda meskipun sedang rapat atau membahas sesuatu. Tapi siang ini ruangan tersebut cenderung tegang.

Tentu saja didalam ruangan tersebut tegang dan tak banyak perbincangan. Mereka memutuskan bertemu di tempat tersebut. Ratna bertanggung jawab penuh atas permintaan maaf Sinta pada Gella. Dan tentu saja ada Gella dan Sinta yang bersangkutan. Ada juga suami Sinta dan seorang pengacara mereka. Roland tak mau kalah, dia juga datang membawa serta penasehat hukum perusahaannya. Tika dan Ratna tentu saja juga hadir, sebagai saksi jika memang dibutuhkan. Dan Ratna juga menyiapkan pengacara keluarganya untuk mengurus masalah ini.

Sudah sepakat untuk menempuh jalur damai dan mau tak mau pertemuan ini harus dilakukan.

Roland dengan angkuh duduk disamping kekasihnya. Menatap tajam orang-orang yang ada diseberang mereka. Sebab sejak awal masuk ruangan tersebut sikap arogan dari wanita yang sudah melukai Gella sangat ketara. Sama sekali seperti tidak ada niat untuk mengucap maaf secara tulus kepada Gella.

"Jadi saya selaku kuasa hukum pak Marsan dan bu Sinta mewakili beliau, kami mengucapkan permintaan maaf sedalam-dalamnya karena kejadian tempo hari yang kurang mengenakkan terjadi. Dan kami mohon dengan rendah hati ibu Gella mau memaafkan kejadian yang terjadi kemarin dan tidak akan membawa masalah ini kejalur hukum. Lebih baik kita bersama-sama berdamai secara kekeluargaan." Ucap laki-laki botak dengan perut membuncit itu dengan sangat hati-hati dan bijaksana. Memang mulut pengacara tidak ada duanya, sales mobil karyawan Roland saja kalah jauh dari mereka.

"Saya mau yang bersangkutan langsung yang minta maaf...!!!" Seru Roland dengan tegas.

"Mas..!!" Kata Gella lirih sembari mengusap lembut paha Roland. Bermaksud menenangkan kekasihnya.

"Sudah diwakilkan pada saya pak. Dan sudah ada tanda tangan di surat permintaan maaf juga." Kata pengacara mereka.

"Minta maaf aja mukanya masih tengil gitu." Kata Roland yang kemudian berdecih tepat saat Sinta melempar tatapan tajam padanya.

"Bu Sinta, mari selesaikan saja semuanya disini dan sekarang juga. Lebih baik bu Sinta sendiri yang mengucap maaf. Hanya itu yang Gella mau." Kata Ratna menjadi penengah. Sejak dulu Ratna tak pernah dekat dengan istri kepala jaksa tersebut. Dia kenal dengan dia pun melalui bu Tika.

"Maaf..." Sesingkat itu dan sama sekali tidak memandang kearah Gella. Persis seperti dugaan Roland kalau wanita itu tak punya niat tulus meminta maaf atas kesalahannya.

"Kalau memang tidak berniat minta maaf lebih baik enggak usah tanda tangan surat permintaan maaf segala. Jangan buang-buang waktu woyy....!!!" Nada suara Roland tak bisa santai. Dia tak bisa membiarkan wanita itu lepas begitu saja.

"Ma, minta maaf yang bener. Kita kan sudah sepakat untuk menempuh jalan damai. Minta maaf setulus hati." Kata pak jaksa memberi nasehat istrinya. Dia jelas tak mungkin berani macam-macam sedangkan kali ini murni karena kesalahan istrinya.

Semua orang diruangan itu menatap Sinta. Dan wanita itu sama sekali belum menunjukkan wajah bersalahnya. Masih terlihat sombong dan tak ada penyesalan sama sekali. Walaupun suaminya juga sudah menasehati.

"Ma...!!" Kata pak Marsan kembali memperingatkan istrinya.

"Tolong, ini juga demi kebaikan mama." Sampai suaminya memohon dan Sinta belum ada niat untuk berbicara apa-apa. Masih diam sembari memandangi satu persatu orang-orang disekitarnya termasuk Gella dan Roland.

Luka atau Duka [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang