Mohon maaf lahir dan batin yaa pembaca setiaku 🥰🥰🥰
Belum telat kan, soalnya masih momen bulan Syawal 🤭
Terimakasih untuk kesabaran teman-teman demi menunggu kelanjutan cerita ini....
Jangan lupa kasih bintang-bintang...
Maaf karena masih banyak typo...
Happy reading and enjoy....!!!Mata sembab yang menghiasi wajah ayunya sama sekali tak mengurangi kecantikan wanita itu. Meskipun air mata tak lagi menetes dari kedua kelopak yang biasanya berbinar cantik, tapi semua orang yang menatap Gella tahu jika kesedihan yang dirasakan wanita itu teramat dalam.
Tatapan wanita itu nyalang memandangi peti berbahan kayu jati dengan ukiran indah dibeberapa sisi. Didalam sana tubuh kaku ibunya sudah terbungkus kain kafan.
Ya, Jana meninggal dunia di lokasi kejadian. Sedangkan suaminya saat ini masih koma.
Kemarin siang setelah rombongan Gella dan bu Ratna tiba dirumah sakit yang menampung korban kecelakaan beruntun di Tol Pejagan-Pemalang, Gella serta Angga segera diarahkan oleh petugas menuju ruang jenazah. Sejak itu Gella tahu salah satu atau bahkan 2 orang keluarganya meninggal dunia. Dan yang membuat Gella seketika lemas bagai tak bertulang adalah ibu kandungnya yang ternyata menjadi salah satu korban meninggal.
Malamnya segala urusan pemulangan jenazah serta memindahkan Tyo di rumah sakit di Jakarta segera dilakukan oleh orang suruhan pak Bachtiar. Seluruh koneksi Bachtiar dikerahkan agar semua proses yang berlangsung dipermudah.
"Masmu belum ada kabar Ngga !!??" Tanya Wahyu pada anak keduanya.
"Belum pa, enggak bisa dihubungi." Jawab Angga.
Roland benar-benar tanpa kabar sejak kemarin. Bahkan asisten pribadi lelaki itupun juga belum muncul, meskipun dirumah duka sudah berkumpul para asisten rumah tangga Roland dan juga bodyguard Gella yang ada disana sejak semalam. Segala hal tentang proses pemakaman Jana siang ini sudah dibereskan oleh Bachtiar.
Wahyu memandangi anak perempuannya dari luar rumah, saat ini Gella sudah tak lagi meneteskan air mata. Gella yang hilang semangat menyandarkan tubuhnya di pundak sang ibu sambung. Dihan yang ada disamping Gella juga tak henti-hentinya memberi kekuatan pada perempuan itu.
Diluar rumah sudah banyak pelayat yang datang. Bahkan jalan sekitar rumah Gella dipenuhi karangan bunga dari para pelayat. Yang jadi fokus Gella saat ini adalah masih bisa menyanding jasad ibunya sebelum dimakamkan. Wanita itu bak lupa daratan, sama sekali tak memikirkan hal lain selain Jana ibunya.
Setelah sholat Dzuhur prosesi acara sebelum pemakaman akan dimulai. Hanya akan ada sambutan kecil oleh pejabat setempat sebelum melepas jenazah yang akan dibawa kearea pemakaman, juga perwakilan dari keluarga.
"Ge, minum dulu." Ujar Dihan, wanita itu menemani Gella sejak semalam. Dihan sangat tahu belum ada makanan secuilpun masuk kedalam lambung sahabatnya.
"Enggak Di." Jawab Gella lemah menolak botol air mineral yang tutupnya sudah dibuka oleh Dihan.
"Kamu belum makan dan minum lho kak dari semalam." Rayu Asti. Wanita itu juga mengkhawatirkan kondisi Gella.
"Enggak ma, lidahku rasanya pahit." Kata Gella jujur. Kepala wanita itu masih bersandar dibahu kanannya.
Wajah Gella yang pucat, ditambah tak ada riasan apapun serta dilengkapi dengan mata sembab sudah menjelaskan suasana hatinya saat ini.
Saat acara akan dimulai barulah terlihat asisten Roland datang, disusul dibelakangnya ada Galang dan juga Novy. Tapi lagi-lagi memang Roland sudah bisa dipastikan tidak akan hadir hari ini. Tidak bisa menguatkan istrinya, padahal seharusnya itu yang Roland lakukan sejak kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka atau Duka [ ON GOING ]
RomanceBaca cerita kedua ku yukk...!!!! . . . . Kisah tentang seorang gadis cantik dan pintar yang mandiri. Rumah tangga kedua orang tuanya yang kandas justru membuat dirinya mampu menghadapi segala masalah yang menerpa tanpa mengeluh. Kisah percintaannya...