PART 37

1.6K 127 4
                                    

Selamat HUT RI KE-77
Happy reading and enjoy sayang-sayangku
Jangan lupa bagi votenya 🥰🥰🥰🥰🥰

Senyum lebar kekasih Gella itu tak pudar sejak dirinya masih di apartemen. Dan tinggal beberapa meter lagi roda mobilnya akan berhenti di pekarangan rumah Gella. Rasa-rasanya Roland ingin segera membawa tubuh ramping Gella masuk kedalam dekapannya. Satu minggu lebih hanya bisa mendengar suara Gella dan hanya memandangi wajah kekasihnya dari jauh membuat Roland berjanji setelah bertemu semua rindunya harus dibayar lunas.

Padahal tadi pagi Roland baru saja sampai di bandara. Beristirahat sebentar di kamarnya dan memilih memutuskan untuk menemui Gella. Tentu saja tanpa memberi tahu kakak dari Angga tersebut perihal kedatangannya. Dia sudah yakin kalau Gella tak akan pergi kemana-mana hari minggu ini. Dia jelas sangat paham watak kekasihnya yang tidak mungkin meninggalkan mbak Siti yang beberapa hari kedepan butuh bantuan.

TIIINN TIIINN

Bunyi nyaring klakson mobilnya membuat Gella yang sedang menyirami tanaman yang ada dihalaman rumahnya bergegas membuka lebar pagar besi rumahnya. Sebelum itu ia matikan dahulu kran air dan mengumpulkan selang di bawahnya. Roland bahkan bisa dengan jelas melihat senyum kekasihnya yang sangat dia rindukan.

"Pacar saya ada enggak mbak...!??" Tanya Roland mencandai kekasihnya setelah membuka kaca mobilnya.

"Enggak ada pak. Balik kesini nanti siangan aja."

"Ohh enggak ada ternyata. Berarti yang lagi ngobrol sama aku ini calon istri yaa..." Gombalan Roland seketika membuat tawa Gella lolos begitu saja. Roland segera turun dari mobil. Tangannya sudah sangat gatal ingin memeluk pinggang ramping kekasihnya.

"Mas..!!!" Seru Gella sembari mengedarkan pandangannya kearah jalan depan rumah. Sebab dia tak siap dengan tindakan Roland yang langsung memeluknya begitu dia berhasil turun dari dalam mobil.

"Kangen." Bahkan kang paket itu memilih membenamkan wajahnya diceruk leher Gella.

"Awas mas, nanti ada yang lihat..." Gella menggeliat. Mencoba memisahkan diri. Takut ada yang melihat perbuatan Roland padanya. Terlebih pagar rumah Gella juga tidak tertutup full hingga atas. Jelas saja masih bisa dilihat orang yang lalu lalang didepan rumahnya.

"Biarin, mereka enggak ngerasain apa yang aku rasain. Pokoknya aku kangen..." Kata Roland masih nyaman dengan posisinya. Sedikitpun dia tak terganggu dengan gerak tubuh Gella yang mencoba memisahkan diri.

"Lepass aah...!!!" Dorong Gella sekuat tenaga dan berhasil. Mereka sudah memisahkan diri.

"Udah sarapan...!??" Tanya Gella.

"Belum. Sengaja emang kesininya pagi-pagi biar bisa sarapan bareng kamu." Roland bahkan berlagak selayaknya pemilik rumah. Membawa Gella masuk kedalam rumah bercat putih bersih tersebut. Laki-laki itu menuntun Gella masuk kedalam ruang makan rumah kekasihnya.

"Laper..!!!" Rengek Roland setelah dia duduk di kursi meja makan yang dia tarik sendiri.

"Dasar." Hardik Gella yang juga tetap menyiapkan makan untuk kelasihnya.

"Aku masak sop iga." Kata Gella sembari mengisi mangkok keramik dengan sop iga buatannya. Letak meja makan yang berdekatan dengan dapur membuat wanita itu tak perlu berteriak saat mengobrol dengan kekasihnya.

"Pasti enak." Komentar Roland, padahal dia saja belum mencicipi masakan Gella.

"Belum tentu, jauh banget kalau dibandingkan masakan kamu mas." Kata Gella sembari berjalan kearah Roland untuk meletakkan mangkok ditangannya yang sudah terisi sop iga penuh.

"Aku dulu juga enggak mahir masak lho yang. Baru bisa masak ya setelah aku kursus." Kata Roland sembari mulai menyendokkan kuah dan berniat untuk mencicipinya terlebih dahulu.

Luka atau Duka [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang