Nayeon sedang menikmati perannya menjadi seorang istri yang baik. Hari itu dia mengerjakan semua jadwal tugas yang telah di tuliskan jeongyeon untuknya. Walaupun sangat kebingungan karena pertama kalinya dirinya melakukan semua pekerjaan itu.
Dengan memegang sebuah buku resep masakan, pelan-pelan Nayeon belajar memasak. Matanya membulat sempurna membaca petunjuk yang tertulis dalam buku itu.
"Pertama, potong-potong wortel dan kentang kecil-kecil," Nayeon menatap kentang dan wortel itu dengan bingung, "Sekecil apa? Sudahlah, yang penting kecil, kan? "
Gadis itu terus memasak mengikuti petunjuk yang tertulis dalam buku resep itu.
"Tambahkan garam secukupnya," Nayeon menghela napas panjang, "Dasar buku bodoh, mana aku tahu secukupnya itu sebanyak apa?"
Nayeon menambahkan beberapa sendok garam ke dalam masakannya kemudian menambahkan lagi beberapa sendok penyedap rasa.
Setelah memasak sayuran itu, ia memanaskan minyak lalu menggoreng ikan. Percikan minyak yang panas membuatnya panik sendiri.
"Aduh, aduh... apa ini? Kenapa minyaknya meledak-ledak?" Nayeon menyembunyikan dirinya di balik tutup panci. Sambil beberapa kali mengintip penggorengan itu
Tiba-tiba, perutnya terasa melilit, ia mulai merasakan sakit luar biasa menjalar di perutnya.
"Aduh, perutku," gumamnya seraya memegangi perutnya, "Aku kan tidak makan apa-apa, kenapa perutku jadi sakit begini?"
Nayeon kemudian teringat tadi pagi meminum kopi rasa air garam yang dia buat untuk jeongyeon. Barulah dia mulai tersadar apa yang membuatnya sakit perut.
Sudah 4 tahun terakhir ini Nayeon hidup dengan aturan tidak boleh makan makanan yang mengandung garam. Jika ia melanggar beberapa pantangan makannya, perutnya akan sakit.
Nayeon masuk ke kamar mandi, membasuh wajahnya dengan air. Menahan sakit perutnya. Dengan sisa kekuatannya, ia berusaha naik ke tangga menuju kamarnya, tidak mempedulikan masakannya yang sudah mulai gosong.
Gadis itu memasuki kamarnya, mengambil sebuah botol kecil berisi obat yang selalu di bawanya kemana-mana. Ia memasukkan sebutir pil itu ke mulutnya.
Tidak lama kemudian, jeongyeon pulang dan melihat kepulan asap yang berasal dari dapur. Dengan segera, laki-laki itu berlari menuju dapur. Dan alangkah terkejutnya jeongyeon melihat masakan yang ditinggal begitu saja.
"NAYEONNN!!" teriak jeongyeon menggelegar. Seolah teriakannya mampu merobohkan seisi rumah.
Nayeon yang masih dengan sisa-sisa sakit di perut terlonjak mendengar teriakan itu. Buru-buru, gadis itu segera berlari menuruni tangga.
"A-da apa?" tanya Nayeon dengan polosnya. Matanya berkeliling menatap dapur yang penuh dengan kepulan asap itu. Ia baru mengingat telah meninggalkan dapur saat sedang memasak.
"Apa yang kau lakukan? Apa kau mau membakar rumahku?!" teriak jeongyeon lagi membuat Nayeon menutup telinganya dengan telapak tangannya, mendengar teriakan jeongyeon yang seolah akan merobek gendang telinganya.
"JAWAB!!"
"A-aku... A-ku sedang be-lajar memasak." jawab Nayeon terbata-bata menahan ketakutan.
"Lalu kenapa kau meninggalkan dapur begitu saja? Kalau rumah ini terbakar, kita mau tinggal dimana?" jeongyeon semakin berapi-api memarahi Nayeon, tanpa tahu sebab mengapa Nayeon meninggalkan dapur saat sedang memasak.
"Maaf, aku tidak akan mengulanginya," ucap Nayeon dengan kepala menunduk, sembari memegangi perutnya yang masih terasa sedikit sakit.
Jeongyeon berdecak kesal seraya berdecak kesal. "Kau benar-benar tidak bisa apa-apa."
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] PRISON OF LOVE || 2yeon
Storie d'amore📢 SEDIKIT MENGANDUNG BAWANG !!! Demi menghindari perjodohan dengan seorang pria yang merupakan mafia, ia menjebak seorang montir dan memaksa menikahinya. Tanpa disadari olehnya, bahwa sang montir ternyata adalah bekas seorang bos mafia. Bukannya b...