37

587 103 6
                                    

"Duduklah," ucap seulgi seraya menunjuk kursi di depannya.

Dokter itu kemudian menginstruksikan pada asistennya agar keluar dari ruangan itu. Agar dapat bicara berdua dengan adiknya yang sangat sulit ditemui sejak satu tahun belakangan ini.

"Kak, aku mau menanyakan sesuatu padamu," ujar jeongyeon dengan terburu-buru begitu mereka hanya tinggal berdua di dalam ruangan itu.

"Aku akan menjawab pertanyaanmu, tapi sebelumnya, aku mau mengatakan sesuatu dulu."

"Ada apa?" tanya jeongyeon penasaran.

Seulgi kemudian menatap tajam pada jeongyeon seraya mengepalkan tangannya di bawah meja. Jika kecurigaannya benar bahwa jeongyeon adiknya adalah jeongyeon yang dimaksud Nayeon di dalam bukunya, entah apa yang akan dilakukannya pada adiknya itu.

"Apa kau ingat, aku pernah mengatakan aku punya seorang pasien istimewa?" tanya seulgi dengan raut wajah datar.

Jeongyeon mengerutkan alisnya, pikirannya kemudian melayang, berusaha mengingat siapa yang dimaksud kakaknya itu.

"Pasienmu yang istimewa?" jeongyeon memutar bola matanya pertanda sedang berusaha mengingat. "Oh, aku ingat. Gadis yang selalu kau sebut sebagai peri kecilmu, kan? Bagaimana kabarnya sekarang?"

"Dia sekarat," jawab seulgi singkat membuat jeongyeon tersentak kaget, pasalnya dokter itu menjawab dengan raut wajah emosi.

"Sekarat? Maksudnya?"

Seulgi menghela napasnya, menahan emosinya yang terasa menembus ubun-ubun, namun tetap menahannya sebab ingin membuktikan dulu kecurigaannya. "Usianya sekarang hampir 20tahun, peri kecilku itu sudah beranjak dewasa. Tapi, sayangnya takdir seakan mempermainkannya."

"Apa yang terjadi padanya?"

Aku dan dahyun pasti akan menghajarmu sampai mati, jika benar kau adalah si Bajing*n yang membuat peri kecilku menderita selama satu tahun ini. batin sang dokter.

Seulgi pun mulai menceritakan apa yang dialami gadis itu selama setahun belakangan ini.

"Setahun lalu, perusahaan ayahnya mengalami kebangkrutan. Dia difitnah dengan kejam oleh seseorang yang tidak dikenal, lalu dia terjebak dalam sebuah pernikahan dengan seorang laki-laki biasa, sejak saat itu dia memutuskan untuk menghentikan pengobatannya."

"Kenapa dia menghentikannya? Bukankah kau pernah bilang, peri kecilmu itu sedang menjalani pengobatan di tahun kelima? Bukankah kau pernah bilang kondisinya mulai membaik?" tanya jeongyeon panjang lebar.

"Iya... Tapi dia tidak melanjutkannya lagi. Dia pikir suaminya hanya seorang laki-laki biasa, sementara pengobatannya membutuhkan banyak uang. Suaminya itu hanya sanggup memberinya sedikit uang di setiap bulannya yang hanya cukup untuk makannya sehari-hari, sehingga dia harus bekerja untuk membiayai pengobatannya sendiri."

Mendadak, jeongyeon teringat pada Nayeon. Jeongyeon yang dengan sengaja memberinya sedikit uang di setiap bulannya agar Nayeon tidak betah dengan kehidupan sederhana mereka yang jauh dari kata mewah. Namun, perasaan aneh itu segera ditepisnya.

"Malang sekali dia, apa suaminya tidak tahu kalau dia sakit?" tanya jeongyeon lagi, membuat seulgi semakin merasa emosi.

"Entahlah! Dia bilang padaku, tidak mau membebani suaminya dengan sakitnya. Sehingga dia memilih menyembunyikan keadaannya dari semua orang."

Jeongyeon terdiam, tiba-tiba pikirannya tertuju pada nala

Bagaimana kalau nala-ku mengalami hal yang seperti itu? Bagaimana kalau dia sakit akibat perbuatanku tapi dia tidak punya cukup uang untuk berobat? Nala... Maafkan aku. batin jeongyeon

[END] PRISON OF LOVE || 2yeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang