38

578 93 8
                                    

Jeongyeon menangis sejadi-jadinya di dalam kamar sempit dan pengap itu, laki-laki itu terus menggumamkan nama Nayeon dalam tangisannya, mengutuk perbuatannya sendiri karena telah menyia-nyiakan Nayeon selama ini, gadis yang begitu mencintainya tanpa syarat.

Mengeluarkan ponsel dari saku celananya, jeongyeon mencari nomor kontak Nayeon di sana. Namun, setelah mencari, jeongyeon tak menemukannya. Laki-laki itu baru mengingat telah memblokir nomor telepon sang istri di ponselnya agar gadis itu tidak bisa menghubunginya. Jeongyeon pun membuka pengaturan privasi di ponselnya dan menemukan satu-satunya nomor dalam daftar terblokir.

Laki-laki itu segera menghubungi nomor itu setelah membuka blokirnya, namun setelah berkali-kali mencoba, panggilannya tak juga tersambung. Jeongyeon memejamkan matanya kasar, diikuti air matanya yang jatuh membasahi pipinya.

"Bodoh kau jeongyeon!" umpatnya pada diri sendiri. Dia menatap setiap sudut kamar itu, kamar yang menurutnya tidak layak ditempati, bahkan jeongyeon membuat Nayeon tidur di atas kasur lipat yang sudah lusuh. Dan meskipun jeongyeon memberinya hidup yang tidak layak, tidak pernah sekalipun Nayeon mengeluh atas apa yang jeongyeon lakukan padanya.

Rasa penyesalan yang teramat dalam menggerogoti jiwanya, tangisannya pilu. Namun, semuanya telah terlambat. Nayeon telah pergi membawa semua luka yang di torehkan oleh jeongyeon. Kini, jeongyeon tenggelam dalam rasa bersalahnya, dia telah kehilangan seseorang yang paling berharga dalam hidupnya.

"Kemana aku harus mencarimu, Nayeon..." gumam jeongyeon

Hingga beberapa jam, jeongyeon yang masih terbelenggu oleh rasa penyesalannya belum beranjak dari kamar Nayeon. Dia kemudian meraih ponselnya dan menghubungi mina

"Mina, kau dimana?" tanya jeongyeon begitu panggilannya terhubung.

📞"Aku masih di kantor pusat, kenapa?"

"Aku butuh bantuanmu..."

📞"Bantuan apa?"

"Nayeon pergi dari rumah, aku ingin kau mengerahkan orang sebanyak mungkin untuk mencarinya."

📞"Apa? Nayeon pergi dari rumah?" mina terdengar begitu terkejut, "Baiklah, kita bertemu di kantor saja, aku juga akan meminta Chaeyoung kemari," ucap mina

"Baiklah..." timpal jeongyeon

Setelah memutuskan panggilannya, jeongyeon segera beranjak menuju kantor pusat nala Group. Sepanjang jalan, laki-laki itu terus mengarahkan pandangannya ke sisi jalan, berharap menemukan Nayeon di sana.

Sementara itu, di sebuah rumah sakit...

Chaeyoung menatap wajah pucat dan tirus seorang gadis yang sedang terbaring lemah dengan perasaan iba. Tak henti-hentinya Chaeyoung mengumpati kebodohan jeongyeon yang menyia-nyiakan istrinya sendiri.

Perlahan, Nayeon membuka matanya yang sembab, gadis itu mencoba mengumpulkan kesadarannya, lalu memutar bola matanya kekanan dan kiri. Dia kemudian menyadari sedang berada di rumah sakit.

"Kau sudah sadar..." ucap Chaeyoung yang sedang duduk di sisi pembaringan Nayeon.

"Kenapa aku di sini?" Nayeon memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. Dia mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya.

"Kau pingsan... Jadi aku membawamu ke rumah sakit."

Nayeon langsung teringat pada jeongyeon, gadis itu berusaha bangkit dari posisi berbaringnya, namun Chaeyoung menahannya. "Kau tidak memberitahunya kalau aku di sini, kan?" tanya Nayeon dengar suara gemetaran.

"Memangnya kenapa?"

"Aku mohon, Chaeyoung... Jangan beritahu dia kalau aku di sini, Aku tidak mau membebaninya," ucap Nayeon dengan wajah memelasnya. Tidak ingin jeongyeon sampai tahu kondisinya yang semakin memprihatinkan.

[END] PRISON OF LOVE || 2yeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang