40

682 97 7
                                    

Jeongyeon terdiam, tidak ada sepatah katapun yang mampu keluar dari bibirnya walaupun Chaeyoung terus menyerangnya dengan kalimat yang menyakitkan. Dia merasa menjadi manusia paling jahat di muka bumi. Kini yang ada di pikiran pria itu hanya mencari Nayeon dan membawanya pulang.

Tanpa permisi, jeongyeon menyambar kunci mobil yang ada di atas meja, lalu meninggalkan Chaeyoung seorang diri di rumahnya. Chaeyoung pun hanya mampu geleng-geleng kepala melihat perilaku bosnya itu.

Sekarang kau tahu kan, bagaimana rasanya menyesal. Nikmatilah penyesalanmu itu, Bos. Nayeon memilih pergi itu karena kesalahanmu. batin Chaeyoung

Setelah kepergian jeongyeon, Chaeyoung segera melangkahkan kakinya keluar dari rumah sederhana itu, lalu mengunci pintunya. Selama beberapa saat, Chaeyoung masih terdiam di sana, pikirannya menebak-nebak kemana perginya Nayeon.

"Nayeon pergi kemana? Dia sakit dan sangat lemah. Dia bisa apa dengan kondisi tubuh yang selemah itu," gumam Chaeyoung

Chaeyoung mengeluarkan ponsel dari saku jasnya dan menghubungi seseorang. Meminta bantuan untuk mencari Nayeon. Lalu setelah sambungan terputus, Chaeyoung beranjak meninggalkan tempat itu.

.

Hari sudah larut, namun jeongyeon masih berkeliling mencari Nayeon di luar sana. Selama berjam-jam mencari, namun tidak ada tanda-tanda keberadaan sang istri.

"Dia mau kemana? Dia bahkan tidak punya uang." gumam jeongyeon dengan setitik cairan bening yang lolos melalui ekor matanya. "aku tidak pernah memberinya uang yang cukup untuk keperluannya sendiri. Sekarang dia sendirian di luar sana. Dia akan makan apa, sedangkan dia tidak bisa makan sembarang makanan."

Bagaimana kalau Nayeon sedang kedinginan di luar sana. Bagaimana kalau Nayeonku kelaparan? Dan bagaimana kalau dia sakit perut, pusing atau bahkan mimisan... Seperti yang selama ini sering dia alami. Bagaimana jika dia pingsan di jalan. Adakah orang baik yang akan menolongnya?

Pikiran-pikiran itu terus bermunculan di benak jeongyeon. Air matanya seakan mendobrak memaksa keluar. Walaupun terus berusaha menahannya, Namun penyesalan dan rasa bersalah yang teramat besar membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa selain menangisi sang istri yang telah pergi entah kemana.

"Aku harus pulang, bagaimana kalau Nayeon pulang dan tidak menemukanku di rumah. Ya, dia pasti akan pulang," ucap jeongyeon pada dirinya sendiri lalu bergegas melajukan mobilnya.

Setelah dua puluh menit, jeongyeon tiba di depan rumah, dengan harapan Nayeon sudah pulang. Namun lagi-lagi harus menelan kekecewaan. Karena tidak ada siapapun di rumah itu.

Jeongyeon kemudian masuk ke dalam dan duduk bersandar di sofa. Pintu dibiarkannya terbuka dengan harapan Nayeon muncul di sana.

Merenung. Kembali mengingat semua perbuatannya pada sang istri selama setahun ini.

Jeongyeon mengarahkan pandangannya ke pintu. Di sanalah dirinya pernah mendorong Nayeon dengan kasarnya hingga terhuyung ke teras, saat mengusirnya dan menutup pintu dengan membantingnya keras.

Maafkan aku! Aku tidak akan mengulanginya lagi. Aku mohon jangan usir aku. Buka pintunya, tolong biarkan aku masuk. Suara Nayeon dari balik pintu yang menangis memohon untuk dimaafkan saat jeongyeon mengusirnya kembali terbayang-bayang di telinga jeongyeon, membuat pria itu kembali menangis – menyadari betapa kasarnya memperlakukan istrinya selama ini.

"Nayeon..."

Bayangan-bayangan itu terus bermunculan menghantuinya. Jeongyeon mengingat semuanya. Saat Nayeon menjual mobilnya dan memberikan uangnya pada jeongyeon, bukannya senang, laki-laki itu malah marah-marah sehingga Nayeon harus berlutut memohon maaf padanya.

[END] PRISON OF LOVE || 2yeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang