76

522 86 3
                                        

Jika jeongyeon sedang merenungi nasibnya di balik jeruji besi, maka lain halnya dengan seorang kyungsoo. Senyum kepuasan terbit di sudut bibirnya, sesaat setelah membaca koran yang memberitakan kasus mantan sahabatnya itu. Dua minggu sudah jeongyeon ditahan, namun laki-laki itu belum juga menemukan jalan keluar untuk masalahnya.

"Nathan... Sayang sekali, sepertinya kau akan lama mendekam di penjara," ucapnya seraya terkekeh licik.

Laki-laki itu melipat koran yang baru saja dibacanya, kemudian melempar begitu saja ke atas meja, dengan tawanya yang menggelegar. Lalu menyambar jas yang menggantung di sudut ruangannya. Buru-buru, dia keluar dari rumah mewahnya, lalu naik ke sebuah mobil yang terparkir di halaman rumah.

"Kita lihat bagaimana reaksimu saat bertemu denganku. Kau pasti akan sangat senang," gumamnya.

Hingga berselang tiga puluh menit kemudian, laki-laki itu tiba di rumah tahanan tempat jeongyeon berada. Terjadilah pembicaraan serius antara jeongyeon dan ray

"Mau apa kau kemari?" jeongyeon bertanya dengan wajah datar, sementara ray terkekeh sinis.

"Tentu saja untuk mengunjungi teman lamaku," ucap ray. "sepertinya kau sangat menyukai rumah barumu ini. Kau tenang saja, nathan. Aku akan memastikan kau membusuk di dalam sel tahanan."

"Terima kasih, tapi sepertinya kau sedang membuang-buang waktumu. Lebih baik, kau pikirkan bagaimana cara untuk melarikan diri."

Ray kembali terkekeh mendengar ucapan jeongyeon. "Aku sedang tidak ada rencana untuk ditangkap polisi. Bukankah, kau adalah bos mafia obat-obatan terlarang bukan aku."

"Aku tidak ada waktu untuk mendengar omong kosongmu!" jeongyeon akan melangkahkan kakinya meninggalkan ray, namun ray mengucapkan sesuatu yang membuat jeongyeon mematung di tempatnya.

"Kalau kau berani menyentuh istriku seujung kuku saja, kau akan jadi orang pertama yang mati di tanganku!" ucap jeongyeon dengan tatapan membunuhnya.

"Sayang sekali kawan, aku bisa melakukan apapun yang aku mau. Membunuh nayeon dan sharon, bukan sesuatu yang sulit bagiku."

Jeongyeon kembali duduk di kursi, sehingga kembali berhadapan dengan ray

"Apa yang kau inginkan?" tanya jeongyeon.

Ray kemudian membisikkan sesuatu di telinga jeongyeon yang membuat laki-laki itu mengepalkan tangannya geram. Tatapannya yang tajam beradu dengan tatapan Ray yang penuh dengan rencana jahat.

"Keputusannya ada di tanganmu!" ucap ray lalu berdiri dari duduknya. Dia meninggalkan jeongyeon yang masih mematung di tempatnya duduk memikirkan apa yang dikatakan ray padanya barusan.

Ray baru saja melangkahkan kakinya keluar dari tempat itu ketika seulgi baru masuk. Mereka berpapasan di halaman depan. Tidak ada sapaan, seulgi hanya menatap tajam pada ray, sedangkan ray dengan senyum liciknya.

Siang itu, seulgi menemui seorang sahabatnya yang ternyata merupakan salah satu dari tim penyidik yang menangani kasus jeongyeon

"Bagaimana perkembangan kasusnya?" tanya seulgi yang sedang duduk berdua dengan temannya itu.

"Sejauh ini semua tuduhan mengarah pada adikmu. Felix dengan beberapa orang lain yang tertangkap di hari yang sama memberi kesaksian yang sama. Tapi nathan tidak mengakuinya. Kami masih terus mendalami kasus ini." Laki-laki itu menepuk bahu seulgi yang wajahnya mendadak sedih, memikirkan nasib adiknya.

"Kau tenang saja. Aku akan membantu adikmu untuk bisa keluar dari sini!"

"Tidak! Tugasmu adalah mencari bukti keterlibatannya. Jika dia bersalah, sekalipun dia adikku, aku tetap ingin dia dihukum sesuai dengan peraturan yang berlaku. Tidak peduli itu hukuman mati atau penjara seumur hidup," ucap seulgi tegas.

[END] PRISON OF LOVE || 2yeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang