Dikamar, Nayeon memandangi obat-obatan nya dengan tatapan sedih. Pikirannya mulai melayang kemana-mana.
Setelah obat ini habis, apa yang akan terjadi padaku. Aku tidak mungkin menggunakan uang yang di berikan jeongku untuk kontrol. Dia akan mengusirku dari rumah ini kalau aku menghamburkan uangnya untuk sesuatu yang tidak penting. Aku kan tidak penting baginya, kalaupun aku mati, mungkin dia akan senang. Kenapa hatiku sakit memikirkannya.
Nayeon segera memasukkan obat itu kedalam lemari. Lalu membaringkan tubuhnya di kasur. Selang beberapa lama, dia tidak dapat memejamkan matanya.
"Jeongku sudah tidur, belum ya... " gumam Nayeon.
Gadis itu pun kembali mengendap-endap menuruni tangga menuju kamar jeongyeon. Namun, saat memutar gagang pintu, ternyata pintu kamarnya terkunci.
"Dia menguncinya," Nayeon bergegas pergi ke belakang kamar jeongyeon, mengintip lewat jendela.
Bagai mendapat durian runtuh, Nayeon begitu kegirangan mendapati jendela di kamar suaminya itu ternyata tidak terkunci.
Dengan sangat hati-hati, Nayeon memasuki kamar jeongyeon. Kakinya berjinjit berjalan mendekati pembaringan suaminya itu agar langkah kakinya tidak terdengar.
Dia menatap wajah jeongyeon yang sedang tertidur dengan kekaguman. Senyum pun kembali terbit di sudut bibirnya.
Nayeon pun harus kembali menjadi penyelinap dan masuk ke dalam selimut yang di pakai jeongyeon, lalu berbaring disana.
Maafkan aku, harus menyelinap ke sini lagi. Aku akan kembali ke kamarku sebelum kau bangun.
Gadis itu kembali tertidur di kamar itu setelah puas memandangi wajah jeongyeon yang sedang tertidur lelap. Tengah malam, jeongyeon terbangun dan mendapati ada tangan kecil melingkar di perutnya. Ia terlonjak, berusaha mengumpulkan kesadarannya.
Kekesalan pun kembali merajai hatinya. Jeongyeon segera menyalakan lampu kamar. Saat akan meneriaki gadis itu, ia menatap dalam wajah Nayeon yang tertidur lelap.
Ada perasaan tidak tega di hatinya yang entah berasal dari mana. Jeongyeon menghela napas, pelan-pelan memindahkan tangan Nayeon yang melingkar di pinggangnya, lalu beranjak dari tempat tidur dan memilih tidur di sofa.
Aku akan memberimu pelajaran besok pagi karena sudah berani menyelinap masuk ke kamarku.
Subuh-subuh, Nayeon terbangun dari tidurnya. Ia meraba tempat di sebelahnya dan tidak menemukan apapun. Matanya seketika membulat sempurna.
Matilah aku
Nayeon bangkit dari posisi berbaringnya. Tubuhnya sudah bergetar saat menyadari jeongyeon tidak berada di sampingnya. Dan, saat mendapati jeongyeon tertidur di sofa, jiwa ketakutannya kembali meronta-ronta.
Hah, sejak kapan dia bangun? Dia pasti menemukan aku tidur di sini? Dia akan menelanku hidup-hidup pagi ini.
Nayeon menelan saliva, pelan-pelan turun dari tempat tidur empuk itu, lalu mengendap-endap menuju pintu. Saat memutar gagang pintu terdengarlah suara jeongyeon mengagetkannya.
"Mau kemana kau?" Nayeon mematung di tempatnya berdiri mendengar suara jeongyeon yang terasa seperti mengancam.
"Hehe, ka-ka-kau sudah bangun?" tanya Nayeon seraya menyunggingkan senyum getirnya.
Jeongyeon bangkit dari posisi berbaringnya, berjalan mendekati Nayeon. Gadis itupun beringsut bersandar di dinding.
"Siapa yang mengizinkanmu masuk ke kamarku lagi?"
"A-aku... Aku... Aku... Aku... " hanya kata itu yang terus terulang diucapkan Nayeon membuat jeongyeon kesal dan kembali membentaknya dengan keras.
"AKU APA?!"

KAMU SEDANG MEMBACA
[END] PRISON OF LOVE || 2yeon
Romantik📢 SEDIKIT MENGANDUNG BAWANG !!! Demi menghindari perjodohan dengan seorang pria yang merupakan mafia, ia menjebak seorang montir dan memaksa menikahinya. Tanpa disadari olehnya, bahwa sang montir ternyata adalah bekas seorang bos mafia. Bukannya b...