50

711 93 10
                                    

Hari berganti hari tanpa terasa. Kini, tiga bulan sudah setelah operasi pencangkokan itu. Nayeon masih belum menunjukkan tanda akan tersadar dari tidur panjangnya. Enam bulan sudah Nayeon mengalami koma.

Sementara jeongyeon, sudah mulai beraktivitas seperti biasanya walaupun dia masih harus menjalani aturan ketat yang dibuat oleh sang kakak. Dia merasakan apa yang dulu Nayeon rasakan selama lima tahun lamanya. Hidup dalam keterbatasan. Bahkan makan pun harus dengan petunjuk seorang ahli gizi.

Ingat, kau tidak boleh beraktifitas berlebihan, jangan makan sembarangan, kau hanya boleh makan makanan yang disarankan oleh ahli gizi. Jadi selama enam bulan ini, aku akan terus memantaumu sampai kau benar-benar pulih. Dan satu lagi, aku akan selalu mengingatkanmu untuk meminum obatmu!

Kalimat panjang dari seulgi yang bernada ancaman itu terus menari-nari dalam ingatan jeongyeon ketika sedang beraktivitas di luar sana.

Dan, hari ini, jeongyeon sedang berada di proyek pembangunan gedung Yayasan nala. Tahap pembangunan itu sudah mencapai 90 persen. Senyum kepuasan hadir di wajahnya melihat bangunan besar itu. Chaeyoung benar-benar menjalankan tugasnya dengan baik.

"Kerjamu bagus! Kau akan mendapatkan bonus dariku," ucap jeongyeon dengan wajah bahagianya.

"Tidak usah, Bos. Gaji yang kau berikan padaku sudah membuat aku dan ibuku hidup dengan nyaman. Aku tidak mau serakah..." jeongyeon tersenyum mendengar ucapan Chaeyoung. Dia merasa tidak salah memilih orang. Walaupun awalnya banyak yang meragukannya, namun dia mampu mematahkan keraguan orang-orang itu.

Tidak lama, ponsel milik jeongyeon berdering. Tampak pemanggil berasal dari rumah sakit tempat Nayeon dirawat. Seorang dokter baru saja mengabarkan bahwa Nayeon telah siuman.

Jeongyeon mematung, seakan belum percaya dengan pendengarannya, rasa bahagia tergambar jelas di wajahnya.

"chaeng, Nayeonku... Nayeonku..." jeongyeon menjatuhkan setitik air matanya, membuat Chaeyoung dilanda rasa khawatir.

"Ada apa dengan Nayeon?" tanya Chaeyoung terkejut.

"Mereka bilang Nayeonku sudah siuman. Ayo cepat! Antar aku ke rumah sakit," titah jeongyeon. Dengan langkah yang cepat, mereka menuju area parkiran. Chaeyoung segera melajukan mobil menuju rumah sakit. Sepanjang jalan jeongyeon terus tersenyum bahagia diikuti air mata haru yang terus mengalir. Ingin segera memeluk sang istri.

Nayeon masih diperiksa oleh beberapa dokter dan perawat. Seulgi saat itu masih disibukkan dengan banyaknya pasien yang mengantri sehingga tidak berada disana.

Nayeon terlihat masih lemah, dengan tatapannya yang sayu dan wajah pucatnya, namun tidak sepucat dulu lagi. Dia memandangi satu persatu orang yang ada di dalam ruangan itu. Dia seperti masih bingung dengan apa yang terjadi padanya. Mencoba mengingat apa yang terjadi sebelum dirinya berada di tempat itu.

"Semuanya bagus, tekanan darah dan detak jantung normal," ucap salah seorang dokter, lalu kemudian memberikan suntikan di lengan kiri gadis itu.

Setengah berlari, jeongyeon melangkahkan kakinya melewati lorong rumah sakit itu menuju ruang tempat Nayeon dirawat. Sudah tidak sabar ingin memeluk sang istri tercintanya. Hingga dia tiba di depan pintu yang tertutup itu. Dia menghentikan langkahnya sejenak, mengatur napas. Air mata bahagianya terus mengalir. Dia memegang gagang pintu itu dengan tangan bergetar. Chaeyoung yang berada di belakangnya menepuk bahunya pelan.

"Kau tidak apa-apa, Bos?"tanya Chaeyoung membuyarkan lamunan bosnya itu.

"Aku tidak apa-apa."

Jeongyeon kemudian membuka pintu itu perlahan, lalu masuk kesana. Saat melihat Nayeon telah membuka matanya, air matanya kembali berjatuhan. Kini Nayeon telah terbangun dari tidur panjangnya. Harapannya untuk memulai hidup baru dengan Nayeon akhirnya akan terwujud.

[END] PRISON OF LOVE || 2yeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang