74

553 85 20
                                    

"Aku tahu, tidak mudah menghilangkan trauma masa lalu. Itu pasti sangat sulit bagimu. Tapi... Kalau kau bisa menjadi monster betina bagi semua orang, kenapa kau tidak bisa menjadi monster betina saat berurusan dengan orang seperti bambam?" Chaeyoung begitu bersemangat menasehati mina bagai seseorang yang sangat bijak. Laki-laki itu bahkan tidak menyadari wajah mina yang sudah berubah kesal.

"Monster betina?" kata mina sambil menunjukkan wajah garangnya. "KAU MENGHINAKU, YA?" teriaknya kemudian.

Chaeyoung terlonjak kaget mendengar suara teriakan mina. Lalu menunjukkan senyum getirnya.

"Tidak! Tidak! Bukan begitu maksudku." Chaeyoung menjawab gelagapan sambil mengangkat telapak tangannya.

"LALU APA?" teriaknya lagi. "Aku tahu bagimu aku hanyalah wanita mengerikan, monster betina, Kau sering menyebutku begitu, kan?" Sejenak, mina melupakan kesedihannya. Chaeyoung selalu berhasil memancing emosinya. Bahkan, kini napasnya jadi lebih cepat menahan kekesalannya.

"Sabar! Sabar! Orang bilang, orang sabar di sayang Tuhan."

"Aku tidak punya kesabaran untuk manusia sepertimu!"

"Heh, lihat dirimu! Kau selalu membawa senjata api di sakumu. Kau selalu mengancam orang dengan menggunakan itu. Kalau aku merasa kau lebih mirip monster betina, itu kan wajar."

"Kau menyebutnya lagi!" ucap mina dengan menggertakkan giginya, membuat nyali Chaeyoung menciut.

Dengan cepat, laki-laki itu berlutut memohon Ampun. "Baiklah, baiklah! Nona mina yang cantik jelita, ampuni aku! Aku benar-benar tidak sengaja menyebutmu sebagai monster betina. Aku hanya... hanya... hanya..." Chaeyoung tidak kuat lagi melanjutkan kalimatnya setelah menatap raut wajah mina yang tidak bersahabat.

"CHAEYOUNGGG!!!" teriak mina dengan suara menggelegar.

Chaeyoung mengusap wajahnya yang memerah karena baru saja mendapat hadiah persatuan lima jari milik mina. Dengan mengucapkan ribuan sumpah serapahnya, laki-laki yang selalu terlihat ceria itu mengangkat koper milik mina dan memasukkannya ke mobil.

"Monster betina itu benar-benar mengerikan. Aku tidak tahu kenapa dia bisa begitu takut pada bambam." Chaeyoung bergumam-gumam kesal. "Tuhan, semoga kelak aku tidak menikah dengan wanita galak sepertinya. Aku bisa dicincang habis olehnya."

Tidak lama kemudian, mina muncul dari dalam gedung pencakar langit itu dan segera naik ke mobil dan membanting pintu dengan keras. Chaeyoung pun terlonjak kaget, seraya mengusap dadanya beberapa kali.

"Ya ampun, kalau pintu mobilnya lepas bagaimana? Dasar monster betina!" gumamnya.

"Kalau kau masih menyebutku monster betina, peluruku akan benar-benar menembus jantungmu!" teriak mina dari dalam mobil.

Dengan segera, Chaeyoung naik ke mobil dan duduk di kursi kemudi.

"Apa kau ini cenayang? Kau bahkan bisa mendengar bisikanku yang pelan itu," tanya Chaeyoung dengan wajah tak berdosa.

Mina tidak menjawab. Namun, tatapannya seolah memerintahkan laki-laki itu untuk segera menyalakan mesin mobil.

"Iya, baiklah! Aku akan mengunci rapat-rapat mulutku." ucapnya seraya menyalakan mesin mobil.

Di tempat lain, jeongyeon sedang menatap sang istri dengan kekaguman. Nayeon sedang bermain piano di sebuah ruangan yang sengaja dibuat jeongyeon untuknya. Kedua bola mata lelaki itu terus tertuju pada Nayeon tanpa berkedip.

Alunan indah dari piano begitu menyatu dengan suara merdu milik Nayeon. Sungguh, jeongyeon benar-benar merasa Nayeon bagaikan seorang peri yang turun dari kahyangan.

[END] PRISON OF LOVE || 2yeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang