30

599 95 10
                                    

Setelah bicara dengan dokter, jeongyeon masuk ke dalam kamar tempat Nayeon terbaring. Jeongyeon duduk di kursi di samping pembaringan itu dan menatap wajah Nayeon lekat-lekat.

Ada perasaan sakit yang tak di mengerti oleh pria itu. Walaupun hatinya tetap menolak kehadiran Nayeon, namun semakin dia mencoba menjauh, gadis itu semakin menariknya bagai magnet.

Jeongyeon menghela napas panjang, meneliti wajah Nayeon yang memucat itu. Saat hendak meyentuhnya, kelopak mata Nayeon bergerak perlahan. Jeongyeon pun menarik tangannya yang tinggal beberapa mili dari permukaan kulit wajah istrinya itu.

Chaeyoung dan mina kemudian masuk ke ruangan itu, lalu menghampiri jeongyeon yang masih terduduk di kursi.

"Bos, apa kau butuh sesuatu?" tanya Chaeyoung

"Tidak, terima kasih... Mina, tolong kau antar Chaeyoung pulang," pinta jeongyeon pada wanita itu.

Chaeyoung langsung gemetaran mendengar perintah jeongyeon. Dia lebih baik pulang naik bus daripada di antar wanita mengerikan seperti mina

"Ti-tidak usah, Bos... Aku akan naik bus saja," ucap Chaeyoung yang terdengar seperti takut-takut.

Jeongyeon mengalihkan pandangannya pada Chaeyoung, "Memang kenapa? Jangan bilang kau takut pada mina!"

Chaeyoung membulatkan matanya mendengar ucapan bosnya itu. Bagaimana pun dirinya adalah seorang pria. Tidak mungkin takut pada wanita. Mina menatap Chaeyoung dengan tatapan mengintimidasi. Akhirnya, Chaeyoung menyerah.

"Baiklah, Bos... Aku akan pulang dulu. Kalau kau butuh sesuatu, hubungi aku saja," ucap Chaeyoung

"Jangan buka bengkel dulu. Sepertinya masih berbahaya. Aku akan di sini sampai Nayeon sadar."

"Baiklah..."

Mina pun mengantar Chaeyoung pulang. Sepanjang jalan, Chaeyoung terus melirik mina sembunyi-sembunyi. Pertanyaan tentang sosok wanita yang bersamanya masih bermunculan di benaknya.

Sepertinya aku harus menyelidiki wanita ini dan bos. Mereka sama misteriusnya. Dan dia kenapa begitu tunduk pada perintah bos. Bahkan aku sempat berpikir mereka sepasang kekasih. Tapi sepertinya aku salah.

"Jangan berpikir macam-macam tentangku!" kata mina seraya menyetir. Matanya fokus ke jalan, namun dia seperti tahu apa yang di pikirkan laki-laki di sebelahnya.

"Apa? Kau ini sangat percaya diri, ya... Memangnya tertulis di jidatku apa yang sedang aku pikirkan, begitu?" tanya Chaeyoung yang mencoba memberanikan diri bicara pada mina

Mina menepikan mobilnya sejenak, lalu menatap Chaeyoung dengan tajam. Chaeyoung pun bergidik ngeri dengan tatapan itu.

"Kalau perlu aku akan menembak kepalamu, lalu membelahnya untuk tahu apa isi kepalamu," ucap mina dengan santainya.

"Hehe aku hanya bercanda, ayolah... Kau ini sangat serius dan kaku, ya..." Chaeyoung mencoba mencairkan suasana yang mencekam baginya itu. Sedangkan mina kembali melajukan mobilnya.

.

Perlahan Nayeon mulai membuka matanya. Dia mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan tempatnya berbaring. Gadis itupun menyadari sedang berada di rumah sakit.

Aku di rumah sakit? Siapa yang membawaku kemari. Apa jeongyeonku? batinnya.

Dan, ketika dia menoleh ke sebelah kanannya, dia melihat seorang pria sedang duduk bersandar di sofa. Nayeon pun tersentak kaget.

Tamat sudah riwayatku. Jeongyeonku pasti akan marah padaku.

Nayeon kemudian bangkit dari posisi berbaringnya, lalu meraih gelas berisi air putih di atas meja. Jeongyeon langsung terbangun ketika mendengar suara benda bergeser.

[END] PRISON OF LOVE || 2yeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang