54

735 96 9
                                    

Suara dentuman jam terdengar memecah kesunyian sebuah ruangan. Arah jarum jam menunjukkan pukul lima subuh. Dua orang manusia yang sedang berbagi tempat tidur sempit begitu terlelap dengan posisi saling berpelukan.

Seakan tidak ingin takdir memisahkannya lagi dengan jeongyeonnya, Nayeon tertidur dengan memeluk tubuh suaminya itu dengan erat.

Perlahan, jeongyeon membuka matanya. Dia menyipitkan matanya, lalu menatap langit-langit ruangan itu. Jeongyeon kemudian merasakan ada sebuah tangan kecil yang melingkar di atas perutnya, lalu menatap wajah polos yang sedang tertidur pulas itu.

Senyum kebahagiaan terbit di wajahnya, jeongyeon kemudian mendaratkan bibirnya di kening gadis itu dalam dan lama. Lalu melingkarkan tangannya di tubuh kecil itu.

Jeongyeon masih merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Namun, keberadaan Nayeon di sisinya membuatnya mengabaikan seluruh rasa sakitnya dan memilih menikmati wajah cantik itu dengan terus menatapnya.

Sesaat kemudian, Nayeon bergerak, lalu perlahan membuka matanya. Jeongyeon pun kembali menutup matanya, berpura-pura tidur. Hatinya seperti penuh dengan bunga-bunga indah saking bahagianya.

Nayeon membelai wajah jeongyeon dengan lembut. Lalu mengecupi keningnya berkali-kali.

"Kenapa jeongyeonku belum bangun?" gumam Nayeon, namun gumamannya mampu didengar dengan jelas oleh sang suami. Gadis itu kembali berbaring dan melingkarkan tangannya di tubuh jeongyeon. "jeongyeonku... Bangunlah... Aku mencintaimu..." gumamnya lagi seraya menempelkan keningnya dengan kening sang suami. Jeongyeon menahan bibirnya agar tidak tersenyum. Dia ingin lihat sejauh mana Nayeon berusaha membangunkannya.

Nayeon pun mengusap punggung jeongyeon, membayangkan betapa kejamnya para penjahat itu memukuli suaminya itu. Setitik air matanya kembali beguguran mengingat kejadian yang hampir saja merenggut nyawa mereka. Beruntung mina dan Chaeyoung datang di waktu yang tepat, sehingga Nayeon dan jeongyeon dapat terselamatkan.

Tanpa sengaja, Nayeon mencengkram punggung jeongyeon karena kesal membayangkan penjahat-penjahat itu memukuli suaminya. Cengkraman itu pun membuat jeongyeon berteriak kesakitan.

"Auhh sakit..." jeongyeon meringis merasakan punggungnya berdenyut dicengkram oleh Nayeon.

Nayeon pun tersentak kaget lalu langsung bangkit dan duduk di atas pembaringan sempit itu. Meneliti wajah jeongyeon yang sedang meringis kesakitan, dengan matanya yang masih terpejam.

Jangan-jangan dia sudah bangun sejak tadi dan berpura-pura tidur. Aaa apa dia mendengar apa yang aku katakan?

Jeongyeon membuka matanya perlahan, lalu menatap wajah Nayeon, senyum tipis menghiasi bibirnya. "Kenapa kau diam?" tanya jeongyeon kemudian.

Wajah Nayeon langsung merona merah karena jeongyeon tidak mengalihkan pandangannya dari wajahnya. Namun, sesaat kemudian, cairan bening kembali memenuhi kelopak mata gadis itu. Jeongyeon langsung merentangkan tangannya begitu menyadari perubahan wajah istrinya itu.

"Kemarilah..."

Nayeon pun menjatuhkan tubuhnya di pelukan jeongyeon. Melepaskan semua perasaan takutnya. Jeongyeon menghujani wajah polos itu dengan kecupan-kecupan lembut, matanya pun ikut berkaca-kaca, akhirnya sekarang dia bisa memeluk Nayeon sepuasnya tanpa harus menyelinap masuk ke dalam kamarnya.

"Maafkan aku..." bisiknya di telinga Nayeon, lalu mengeratkan pelukannya. "Aku minta maaf, Selama ini aku menyakitimu dengan sangat dalam. Aku bahkan merasa tidak pantas untukmu. Aku tahu perlakuanku padamu sudah di luar batas."

Nayeon membenamkan wajahnya di dada bidang itu, isakan pun kembali terdengar memecah kesunyian. Jeongyeon lalu menangkup wajah Nayeon, mensejajarkan kepalanya dengan Nayeon, sehingga wajah mereka berada dalam jarak yang sangat dekat.

[END] PRISON OF LOVE || 2yeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang