29

479 88 23
                                    

Hari demi hari berlalu dengan cepat, tidak terasa hari berakhirnya kesepakatan antara jeongyeon dengan Nayeon semakin mendekati akhir.

Siang itu, Nayeon sedang berada di rumah sakit tempat Dokter seulgi praktek. Nayeon baru mau menjalani pengobatan lagi setelah dokter itu mengancam akan mencari tahu tentang suaminya dan memberitahu tentang keadaan Nayeon yang sebenarnya.

"Nay, kau tidak bisa main-main lagi sekarang. Kau harus memberitahu suamimu tentang keadaanmu," kata seulgi sesaat setelah membaca hasil pemeriksaan Nayeon.

"Kenapa aku harus memberitahunya?" tanya Nayeon dengan santainya.

"Apa maksudmu, Nayeon... Tentu saja kau harus memberitahunya. Kalau kau tidak mau memberitahunya, aku yang akan memberitahunya," ancam Sang Dokter.

"Hehe... bagaimana kau bisa memberitahunya? Kau kan tidak mengenal suamiku. Lagipula aku tidak akan memberitahumu siapa dan dimana suamiku..."

Seulgi hanya dapat berdecak melihat kelakuan Nayeon yang tidak mau memberitahu suaminya.

"Kenapa kau harus menutupinya? Kenapa kau menikah jika kau tidak mampu jujur pada suamimu?"

Nayeon pun hanya tersenyum mendengar ucapan dokter itu, "Dia akan tahu setelah aku pergi, Kak. Aku tidak akan jadi bebannya. Aku hanyalah anak yatim piatu dan penyakitan yang datang dalam hidupnya. Aku memaksanya menikahiku dengan sebuah ancaman. Bukankah terlalu egois jika aku membebaninya dengan keberadaanku? "

Bagus, jangan sakit. Aku tidak mau di repotkan dengan biaya rumah sakit yang mahal kalau kau sampai sakit.

Makanlah, aku tidak mau kau sakit karena kau pasti akan menyusahkanku.

Kau tahu kan, aku melarangmu sakit, karena biaya berobat itu sangat mahal.

Kata-kata yang pernah jeongyeon ucapkan itu terus terngiang dalam ingatan Nayeon. Gadis polos itu tidak ingin sang suami yang hanya seorang lelaki biasa terbebani dengan biaya pengobatannya yang mahal.

"Kenapa kau harus jadi bebannya? Bukankah kau sudah menjadi istrinya? Kau adalah tanggung jawabnya, kan?"

"Suamiku hanya seorang laki-laki biasa, Kakak. Dia tidak akan mampu membiayai pengobatanku. Lagipula untuk apa aku berobat? Bukankah berobat hanya dapat memperlambat kematianku? Bukan menyembuhkanku?"

"Nayeon, aku akan membantumu, kau bisa sembuh dengan pencangkokan hati." ucap Sang Dokter dengan penuh keyakinan.

Nayeon kembali tersenyum, "Pencangkokan? Darimana aku bisa mendapatkan donor hati? Dan berapa harga yang harus aku bayar untuk itu?"

"Aku akan membantumu... Kau punya aku... Kau tidak perlu memikirkan hal itu. Atau begini saja, kalau tidak mau menerima bantuan dariku. Kau tahu Yayasan Amal nala, kan? Pemilik yayasan itu adalah saudaraku. Kau bisa mendapatkan bantuan dari sana. Mereka pasti akan membantumu," ujar sang dokter yang kembali berusaha membujuk Nayeon.

Nayeon pun di buat sangat terkejut mendengar ucapan Dokter seulgi. Dia tidak menyangka jika dokter itu adalah saudara Tuan pemilik nala Group.

Bos pemilik nala Group itu kan sedang mencari pemain piano malam itu. Bahkan Bos gila itu mau menjadikan aku istrinya. Aku rasa dia benar-benar sudah gila. Dia pasti bisa mendapatkan wanita manapun yang dia mau, kan? Kenapa harus seorang pemain piano? Dia pikir kekayaannya bisa membeliku? Aku tidak akan meninggalkan jeongyeonku hanya demi dia.

Meskipun di landa rasa penasaran tentang siapa tuan pemilik nala Group yang misterius itu, namun Nayeon memilih tidak membahasnya. Bahkan nama sang bos besar itu tidak pernah di sebutkan di media, sehingga semua orang hanya tahu namanya sebagai Tuan pemilik nala Group. Bukan jeonathan kaesang yesha onie yang pasti akan membuat Nayeon pingsan jika mendengar nama itu.

[END] PRISON OF LOVE || 2yeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang