Hari terus berlalu dengan cepat, hampir dua minggu lamanya Nayeon tinggal di rumah jeongyeon. Kini, tak ada lagi Nayeon yang bertubuh kurus kering dengan wajah pucatnya. Wajah gadis itu kini berseri-seri dan tubuhnya menjadi lebih berisi. Senyumpun tak pernah pudar dari wajahnya cantiknya.
Seakan ingin membayar semua kesalahannya di masa lalu, jeongyeon memperlakukan sang istri layaknya seorang permaisuri dalam sebuah kerajaan yang hidupnya serba dilayani. Jeongyeon sangat memanjakan Nayeon.
Bahkan, dia melarangnya melakukan aktivitas apapun, sehingga di rumah itu, kegiatan Nayeon hanyalah makan tidur dan nonton tv. Sisanya, menemaninya di tempat tidur.
Pagi itupun dimulai dengan perdebatan dua orang yang masih betah bergelung di bawah selimut.
"Aku sudah bilang tidak boleh! Artinya tidak!"
"Tapi kenapa? Aku tidak apa-apa, aku kan sudah sembuh." Nayeon mulai memberanikan dirinya protes pada jeongyeon yang sangat over protective itu.
"Aku mohon, dengarkan aku... Setidaknya sampai kau benar-benar pulih! "
Nayeon mulai kesal dengan suaminya yang baginya sangat berlebihan, "Kau melarang ini dan itu, semuanya tidak boleh. Dulu kau bilang aku boleh melakukan apapun sesukaku, kenapa sekarang semuanya tidak boleh?"
"Sayaang..." jeongyeon mulai frustrasi menghadapi Nayeon yang terus memohon agar diizinkan pergi bersama jennie. Sedangkan, jeongyeon tetap tidak mau memberinya izin keluar rumah.
Tiba-tiba...
Hueeekk...
Nayeon menutup mulutnya yang tiba-tiba merasa mual, dengan cepat gadis itu berlari masuk ke kamar mandi, menumpahkan kembali semua makanan yang baru saja dia makan. Jeongyeon mengekor di belakangnya dengan panik. Memijat tengkuknya dari belakang.
"Sayang, Apa kau sakit?" tanyanya dengan wajah penuh kekhawatiran.
Nayeon mengusap wajahnya yang tiba-tiba menjadi pucat. Jeongyeon pun semakin panik. Dia menggendong Nayeon dan membawanya kembali ke tempat tidur lalu kembali menyelimutinya.
"Mana yang sakit? Apa perutmu sakit? Kau pusing?" jeongyeon begitu paniknya sampai wajahnya ikut memucat. Dia meletakkan tangannya di kening sang istri, ingin memastikan suhu tubuh.
"Aku tidak apa-apa, hanya muntah saja. Itukan biasa..." ucap Nayeon dengan santai, namun semakin menambah raut kekhawatiran di wajah suaminya.
"A-Apa? Biasa? Apa kau sering muntah-muntah seperti tadi?" tanya jeongyeon dan langsung dijawab anggukan kepala oleh Nayeon.
"Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau sakit? Kenapa kau merahasiakannya?"
Nayeon berdecak heran melihat kepanikan jeongyeon yang menurutnya berlebihan, "Aku kan sudah biasa mengalaminya. Kak seulgi bilang itu normal, hanya efek samping obat yang aku minum."
"Obat apa yang dia berikan padamu? Kenapa kau sampai muntah-muntah begitu?" jeongyeon meraih tubuh Nayeon dan memeluknya, "aku mohon, jangan pernah merahasiakan apapun dariku lagi. Kalau kau sakit, beritahu aku."
Jeongyeon ingat betapa Nayeon dulu barusaha merahasiakan sakitnya dari semua orang, karena mengira suaminya tidak akan mampu membiayainya. Dan, jeongyeon menyadari mengapa istrinya itu tidak memberitahunya apa yang dia alami.
Dulu, jeongyeon selalu membentaknya dan mengatakan melarangnya sakit karena tidak mau direpotkan jika Nayeon sampai sakit. Dan hal itu masih menyisakan trauma di hati sang istri.
"Aku takut kau akan marah dan akan membuangku ke jalan kalau aku sakit lagi." Ucapan polos Nayeon itu kembali menorehkan sembilu di hati jeongyeon
"Kau tahu, kenapa dulu aku sering bilang aku melarangmu sakit?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] PRISON OF LOVE || 2yeon
Romance📢 SEDIKIT MENGANDUNG BAWANG !!! Demi menghindari perjodohan dengan seorang pria yang merupakan mafia, ia menjebak seorang montir dan memaksa menikahinya. Tanpa disadari olehnya, bahwa sang montir ternyata adalah bekas seorang bos mafia. Bukannya b...