24

465 86 15
                                    

Setelah bermimpi buruk tentang Nayeon, jeongyeon tidak dapat lagi memejamkan matanya. Pikirannya terus tertuju pada gadis yang sangat dia benci itu. Seorang gadis yang baginya hanya sebuah malapetaka dalam hidupnya. Separuh hatinya sangat membenci gadis itu. Namun dia tetap tidak bisa memungkiri bahwa Nayeon adalah istrinya.

Kenapa setiap aku pergi keluar kota, aku tidak pernah tenang memikirkan gadis bodoh itu. Dia bahkan membuatku tidak bisa tidur. batin jeongyeon

Hingga pagi menjelang, jeongyeon tetap tidak dapat memejamkan matanya. Dia masih duduk selonjoran di atas pembaringannya.

Jeongyeon meraih ponsel di atas meja lalu melakukan panggilan dengan seseorang.

"Halo, kau dimana?" tanya jeongyeon begitu panggilan terhubung.

📞"Tentu saja di sebelah kamarmu, memang aku mau kemana?" jawab seorang wanita di ujung telepon yang terdengar seperti baru bangun tidur.

"Aku tidak bisa menunggu. Aku harus kembali hari ini. Siapkan tiket pesawat untukku pagi ini."

📞"Apa? Kau tidak bisa pergi begitu saja. Lalu bagaimana denganku?" suara orang itu mulai terdengar meninggi, namun jeongyeon tidak peduli.

"Itu urusanmu. Aku tidak mau tahu." Setelah mengucapkan kalimat terakhir itu, jeongyeon mengakhiri panggilan itu dan menghubungi Chaeyoung

Jeongyeon pun menyuruh Chaeyoung pergi ke rumahnya dan melihat sedang apa Nayeon di rumah itu. Pria itu terus melamun di dalam kamar itu, hingga sebuah pesan masuk di ponselnya.

"Nayeon tidak ada di rumah. Sepertinya dia tidak pulang semalam," Isi pesan Chaeyoung

Jeongyeon pun semakin di landa kegelisahan. Untuk pertama kalinya sejak beberapa bulan menikah, dia mengkhawatirkan istrinya itu.

Aku harus cepat pulang. Bagaimana jika benar-benar terjadi sesuatu padanya? batin jeongyeon

Nayeon terbangun dari tidurnya. Begitu membuka mata, gadis itu terlonjak. Dia masih berada di ruangan yang dia tinggalkan sembunyi-sembunyi.

Dia merasakan ada tangan yang menggenggamnya erat. Nayeon pun mengarahkan pandangannya pada seorang pria yang duduk di kursi dengan kepala telungkup, tertidur di sisi pembaringannya.

Maafkan aku, Kakak... Aku benar-benar egois. Kau mati-matian berusaha menyembuhkanku tapi aku malah menyerah.

Pria itu merasakan pergerakan tangan Nayeon dan langsung terbangun.

"Anak nakal... Kau sudah bangun?" kata seulgi.

Seulgi yang masih mengantuk itu menguap seraya mengusap wajahnya. Lalu memandangi wajah Nayeon yang terlihat lebih baik dan tidak sepucat kemarin. Rasa bersalahpun menghinggapi hati gadis itu. Betapa semalam dia berusaha kabur dari rumah sakit dan akhirnya pingsan lagi.

"Maafkan aku... Aku tidak akan mengulanginya. Aku akan melakukan apapun yang kau minta," ucap Nayeon pada dokter itu.

Nayeon pun segera membetulkan posisinya dari berbaring menjadi duduk di atas pembaringan itu.

"Kau mau menebus kesalahanmu, kan?" tanya Sang Dokter. Nayeon menjawab dengan menganggukkan kepalanya, "Lakukan satu hal untukku."

"Apa itu?"

Seulgi mengambil sebuah buku di atas meja dan memberikannya pada Nayeon.

"Aku ingin kau menulis semua gejala yang kau alami mulai hari ini di dalam buku ini. Catatlah hal sekecil apapun yang terjadi padamu. Anggap saja kau sedang menulis buku harian... Kau mengerti?"

[END] PRISON OF LOVE || 2yeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang