20

569 86 8
                                    

Keesokan harinya...

Jeongyeon dan Nayeon sedang sarapan pagi. Jeongyeon terlihat sangat lahap menyantap nasi goreng buatan Nayeon. Senyum bahagia pun terbit di bibir gadis itu, melihat sang suami begitu menikmati makanan buatannya.

Setelah sarapan, tanpa sepatah katapun jeongyeon beranjak menuju kamarnya dan mengambil sebuah tas ransel miliknya. Nayeon pun hanya mampu menatap jeongyeon yang seperti sedang terburu-buru.

"Kau tidak perlu menyiapkan makan malam. Aku tidak pulang malam ini. Hari ini aku juga tidak ke bengkel," kata jeongyeon lalu beranjak begitu saja.

"Tapi aku mau..." Nayeon baru saja akan minta izin untuk bermain piano di ulang tahun Nala Group. Namun, belum sempat meminta izin, jeongyeon sudah berlalu meninggalkan rumah.

Aku rasa tidak apa-apa kalau aku keluar malam ini. Jeongku juga tidak akan pulang malam ini kan... Tapi dia akan kemana? batin Nayeon.

Nayeon pun kembali ke meja makan dan membersihkan piring bekas jeongyeon sarapan.

Di sebuah gedung tinggi menjulang, tampak seorang pria tampan sedang di sibukkan dengan menandatangani berkas-berkas yang bertumpukan di meja.

Seorang wanita yang menjadi asistennya memasuki ruangan dengan membawa beberapa map.

"Kau akan datang ke perayaan ulang tahun Nala Group, kan?" tanya wanita itu.

"Tentu saja, mina..., tapi sepertinya aku akan terlambat, kau tidak lihat pekerjaanku bertumpuk," ucap pria itu.

"Baiklah, kita akan kesana bersama, kan?"

"Kau atur saja. Bagaimana persiapan acaranya? Semuanya sempurna kan?" tanya pria itu tanpa menoleh.

"Kau tenang saja. Mereka tahu seperti apa Tuan jeonathan kaesang yesha onie yang selalu ingin kesempurnaan."

"Baguslah," jawab pria itu singkat.

Wanita itu kemudian mengambil satu map di atas meja dan menunjukkan pada tuannya, "Kau tahu, beberapa hari lalu ada seseorang yang mendonasikan dana yang cukup besar untuk Yayasan Nala," kata wanita itu.

"Benarkah? Dari perusahaan mana? Mereka tidak sedang cari muka kan?"

"Ini dana pribadi, di sini tertera atas nama jeongyeon," kata wanita itu seraya tersenyum penuh arti.

Pria itu seperti terkejut mendengar ucapan asistennya, lalu dengan segera mengambil map itu. Tampak donatur atas nama jeongyeon dengan jumlah yang sangat besar di sana.

"Menurutmu itu siapa?" tanya sang asisten.

"Sudahlah, bagikan saja uang itu untuk orang-orang yang kurang mampu. Pastikan pembagiannya merata," titah pria itu.

"Baiklah, seperti biasa..." sahut Wanita itu lalu segera meninggalkan ruangan bosnya itu.

Sementara pria itu duduk bersandar di kursi kebesarannya, menatap keluar jendela. Pikirannya sedang melayang kemana-mana.

"Nayeon..." gumamnya pelan.

.
.

Sore hari, seperti kesepakatannya dengan lisa, Nayeon sudah menunggu di tempat kemarin dia janjian dengan lisa. Sesekali gadis itu melirik jam di pergelangan tangannya.

Tidak lama kemudian, datanglah lisa dengan mengendarai sebuah mobil.

"Ayo, Nay..." ajak lisa ketika melihat Nayeon duduk di kursi di sisi jalan. Nayeon pun segera naik ke mobil itu.

"Kita mau kemana?" tanya Nayeon.

"Kita akan ke salon dulu. Kau harus tampil cantik di acara itu kan?" kata lisa seraya menyetir.

[END] PRISON OF LOVE || 2yeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang