81

560 90 19
                                    

Jika jeongyeon menghadapi hari persidangan dengan santai, maka berbeda dengan seulgi ,dahyun dan irene. Dengan raut wajah penuh kecemasan, mereka turut hadir di persidangan yang digelar pagi itu. Dahyun dan seulgi langsung mendekat dan memeluk saudaranya itu, begitu melihatnya memasuki ruang sidang dengan dikawal beberapa orang polisi.

"Apapun hasil sidang hari ini, aku akan tetap bangga menjadi kakakmu!" ucap seulgi sambil mengusap kepala adiknya itu.

Jeongyeon hanya menunjukkan senyum tipisnya, kemudian melirik dahyun yang terlihat sangat sedih.

"Hey, Keong Laknat! Kenapa wajahmu begitu?" tanya jeongyeon membuat dahyun langsung memeluknya lagi. "Kau tenang saja! Aku tidak berencana mati karena vonis pengadilan." jeongyeon berbisik di telinga dahyun

"Kau harus bebas, Kak! Apa kau tidak mau bermain dengan anakmu? Dia sangat menggemaskan. Apa kau tega meninggalkannya dengan menjerumuskan dirimu sendiri? Bibi bilang ryujin setiap malam memandangi fotomu sebelum tidur. Dia menantikanmu setiap hari."

"Aku sedang berusaha untuk itu," ucap jeongyeon

Sidang pun di mulai, bersamaan dengan ray dan bambam yang baru saja tiba di persidangan itu. Dengan tujuan yang sama yaitu menekan jeongyeon agar tetap bungkam. Dengan percaya dirinya mereka memunculkan batang hidungnya. Mereka benar-benar sudah tidak sabar menunggu vonis pengadilan yang akan dijatuhkan pada Tuan nathan itu.

Sementara jeongyeon tersenyum tipis saat melihat kedua orang itu memasuki ruang sidang. Entah apa yang ada di pikirannya. Dia bahkan duduk dengan santainya tanpa beban sedikitpun. Padahal vonis hukuman mati sedang menantinya.

Persidangan terus berlanjut, sementara pemberitaan mengenai jeongyeon di tv dan internet semakin heboh, bahkan sampai ke luar negeri.

Di luar sana, ribuan orang sedang berbondong-bondong mengarah ke pengadilan, yang terdiri dari berbagai kalangan masyarakat. Setiap ruas jalan menuju ke pengadilan pun ditutup oleh sekelompok mahasiswa itu. Adapula yang membawa spanduk bertuliskan 'Justice For Mr.nathan' disertai dengan teriakan penuh semangat.

Kawanan ibu-ibu pun tidak mau kalah. Mereka secara kompak mengenakan jersey bertuliskan 'Bebaskan Tuan nathan' di bagian depan, dan lambang timbangan di belakang kaosnya. Diikuti oleh ribuan anak panti asuhan dari Yayasan nala yang turut hadir. Mereka datang dengan harapan bahwa pengadilan akan memberi keadilan bagi bos nala Group itu.

Dan, yang mencengangkan adalah bukan hanya dari kalangan masyarakat biasa saja yang hadir untuk berdemo hari itu. Namun, terlihat juga banyak aktivis yang secara kompak menyuarakan harapan mereka agar Tuan nathan dibebaskan. Bahkan, Dokter dan beberapa pasien dari rumah sakit milik jeongyeon turut hadir.

Suara riuh terdengar dari luar, mengagetkan siapapun yang ada di ruangan itu. Beberapa polisi dengan sigap berjaga di depan gedung pengadilan itu, guna mengatasi jika masyarakat bertindak anarkis. Namun, unjuk rasa pagi itu masih berlangsung tertib. Hanya sorakan dan yel-yel yang terdengar menggema.

"Kami ingin keadilan untuk Tuan nathan."

"Tuan nathan orang baik."

"Bebaskan Tuan nathan."

"Tuan nathan tidak bersalah."

Begitulah bunyi sorakan dari ribuan orang yang terus menggema.

Bambam dan ray yang duduk berjarak, hanya saling memberi kode saat mendengar sorakan dari luar sana. Bambam mengirimkan pesan kepada Chaeyoung agar tetap mengawasi Nayeon dan mina yang disekap di tempat berbeda.

Tidak lama kemudian, seorang pemuda memasuki ruang sidang dengan mendorong sebuah kursi roda. Sowon, melempar senyum sinis pada ray seraya mendorong kursi roda yang diduduki oleh rain, asisten ayah Nayeon yang disekap oleh ray selama bertahun-tahun. Rain adalah satu-satunya saksi kejahatan ray saat menipu ayah Nayeon sehingga perusahaan ayah nayeon diambil alih olehnya.

[END] PRISON OF LOVE || 2yeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang