"Sayang, ayolah...! Mari kita pulang," bujuk jeongyeon sekali lagi.
"Tidak mau! Aku malu!" teriaknya dibarengi isakan, "Kau tidak mengerti bagaimana rasanya. Mereka di luar menghujatku dan bilang aku gadis murahan yang mudah tidur dengan sembarang laki-laki."
Jeongyeon memejamkan matanya sesaat, sudah mulai frustrasi. Entah bagaimana lagi harus membujuk istrinya itu agar mau keluar dari toilet itu. "Sayang... ini toilet wanita. Aku tidak enak ada di dalam sini terus."
"Biar saja!" ucap Nayeon singkat, lalu kembali menangis.
Jeongyeon menangkup wajah Nayeon yang mulai terlihat tembem itu, menatap dalam-dalam matanya.
"Dengarkan aku! Walaupun seluruh penduduk bumi berkata seperti itu, tapi bagiku kau adalah permataku yang paling berharga. Jadi, aku ingin kau tetap menjadi Nayeonku yang kuat seperti dulu. Dan bukankah karena foto itu, sehingga aku akhirnya menikahimu?"
Nayeon membenamkan wajahnya di dada jeongyeon, lalu memaki-maki suaminya itu dalam hati. Entah mengapa gadis itu malah menyalahkan sang suami atas penghinaan yang dialaminya hari itu.
"Ini semua salahmu!" kata Nayeon.
"Apa? Salahku?" jeongyeon mengeryitkan alisnya, merasa bingung sendiri.
"Iya, salahmu...!"
"Kalau saja kau bukan si bos gila itu, mereka tidak akan menghinaku seperti tadi. Mereka menghinaku karena merasa aku tidak layak untukmu. Aku mau jeongyeonku yang lama dengan skincare oli di wajahnya, bukan laki-laki berdasi sepertimu!" ujarnya seraya menarik dengan keras dasi yang melekat di leher suaminya itu.
Jeongyeon mulai bingung dengan tingkah Nayeon itu. "Nayeon, aku kan jadi montir untuk bisa mengawasi pembangunan gedung dan rumah sakit itu. "
"Apa peduliku? Pokoknya aku mau jeongyeonku yang lama!"
Ya ampun! Kenapa istriku jadi aneh begini. Dia sama sekali tidak pernah membentakku seperti ini. Bahkan dia tidak pernah mengeraskan suaranya saat berbicara denganku. Apa yang mereka katakan padanya sehingga membuatnya jadi begini.
"Kenapa kau jadi cengeng begini? Dulu kau tersenyum senang saat foto itu tersebar. Bahkan kau tidak peduli dengan semua pemberitaan itu. Kenapa sekarang kau seperti ini?"
"Ini juga karenamu!" bentak Nayeon lagi. "Kalau kau tidak memanjakanku seperti sekarang, aku tidak akan secengeng ini. Kau yang membuatku menjadi manja dan cengeng," ucap Nayeon dengan nada setengah berteriak.
Jeongyeon mengulum bibirnya menahan tawa mendengar ucapan polos itu.
Kenapa dia jadi menggemaskan begini. Untung saja ini tempat umum. Kalau saja kita di kamar, aku pasti sudah menghabisimu.
"Baiklah, aku yang salah."
Jeongyeon meraih tubuh nayeon dan menggendongnya keluar dari tolilet, membuat gadis itu gelagapan. Nayeon pun menyembunyikan wajahnya di dada jeongyeon karena malu bertemu orang-orang di luar sana. Jennie dan Chaeyoung yang menunggu di luar segera mengekor di belakang jeongyeon
Dan, semua mata tertuju pada sosok lelaki jangkung yang menggendong seorang wanita keluar dari pusat perbelanjaan itu. Hingga jeongyeon membawa Nayeon naik ke mobil, mata sebagian orang masih tertuju padanya.
Sedangkan jeongyeon, mana peduli dengan tatapan orang-orang. Laki-laki itu hanya memikirkan sang istri saja.
Di perjalanan pulang, Nayeon masih saja menangis walaupun jeongyeon dan jennie sudah berusaha membujuknya terus menerus. Namun, ucapan orang-orang di cafe itu begitu menyakiti hatinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
[END] PRISON OF LOVE || 2yeon
Roman d'amour📢 SEDIKIT MENGANDUNG BAWANG !!! Demi menghindari perjodohan dengan seorang pria yang merupakan mafia, ia menjebak seorang montir dan memaksa menikahinya. Tanpa disadari olehnya, bahwa sang montir ternyata adalah bekas seorang bos mafia. Bukannya b...