41

612 87 7
                                    

Mentari mulai menampakkan sinarnya, suara burung yang berkicau merdu seolah ikut menyambut datangnya pagi.

Sayup-sayup jeongyeon mendengar suara berisik dari arah dapur. Suara seperti seseorang yang sedang memasak. Jeongyeon membulatkan matanya sempurna.

"Nayeon... Apa itu Nayeonku? Dia sudah pulang..." gumamnya.

Secepat kilat jeongyeon bangkit dari pembaringan dan berlari menuruni tangga. Dengan mata berbinar, berharap Nayeon ada di dapur sedang memasak seperti biasanya.

"Nayeon..." panggil jeongyeon saat tiba di dapur. Namun, apa yang diharapkannya tidak sesuai kenyataan. Jeongyeon mematung melihat siapa yang ada di sana. Semangatnya yang tadi menyala kembali meredup.

"Selamat pagi," sapa mina

"Oh, ternyata kau..." jeongyeon langsung kembali lemas. Dia benar-benar berharap Nayeon lah yang ada di sana. Jeongyeon lalu beranjak menuju kamar mandi, membasuh wajahnya dengan air. Setelah itu kembali duduk di kursi dengan wajah lesu. Dia baru bisa memejamkan matanya saat pagi menjelang. Dan baru beberapa jam tertidur, suara dari dapur mengagetkannya.

Mina kemudian melanjutkan kegiatan memasaknya pagi itu. "Kenapa kau biarkan pintu rumahmu terbuka lebar?" tanya mina yang mendapati pintu rumah itu terbuka saat baru tiba tadi.

Jeongyeon menyeruput kopi yang telah mina siapkan sebelum jeongyeon terbangun. "Aku sengaja tidak menutupnya agar Nayeon bisa langsung masuk saat dia pulang."

Wajah mina mendadak berubah sedih mendengar ucapan jeongyeon, lalu dengan segera menyelesaikan masakannya. Dia mengambil piring dari rak dan memindahkan makanan dari wajan kedalam piring.

Mina kemudian meletakkan piring berisi nasi goreng itu di hadapan jeongyeon lalu kemudian ikut duduk di sana.

"Aku sedang tidak ingin makan, mina. Bawa ini pergi!" kata jeongyeon sambil mendorong piring itu. Kembali menyeruput kopi itu dengan pikirannya terus berpetualang keluar.

"Kau kan belum makan sejak kemarin."

"Bagaimana aku bisa makan sementara istriku di luar sana sendirian. Aku tidak tahu dia makan apa, tidur dimana, apa dia baik-baik saja."

Mina menghela napas panjang, "Apa kau sudah tahu siapa Nayeon?" tanya mina diikuti anggukan kepala dari jeongyeon. Bos sekaligus sahabatnya itu terlihat begitu frustasi dengan menghilangnya sang istri.

"Nayeon adalah Nala. Dan aku baru menyadarinya, Nala adalah inisial nama Nayeon. Aku bahkan lupa nama panjang istriku sendiri, mina..." ucap jeongyeon dengan suara lirih.

Sementara mina menatapnya dengan perasaan iba. Untuk pertama kalinya dia melihat jeongyeon begitu patah hati.

"Aku sudah menyuruh orang mencarinya. Kau tenang saja. Nayeon pasti kita temukan," ujar jeongyeon yang berusaha menghilangkan kegalauan jeongyeon

Jeongyeon menyandarkan punggungnya di kursi dengan tatapannya yang kosong. "Bagaimana semua ini bisa terjadi? Kenapa takdir begitu kejam mempermainkanku? Apa ini balasan untuk semua dosa-dosaku di masa lalu? Apa ini akibat yang harus ku terima karena aku meninggalkan Nayeon begitu saja di jalanan padahal saat itu dia sedang kesakitan."

Mina tidak menjawab ucapan jeongyeon. Dia hanya menatap wajah jeongyeon yang lesu dengan mata sembabnya. Mina juga dipenuhi merasa bersalah setelah kejadian hari itu. Dirinyalah yang menarik jeongyeon meninggalkan Nayeon di sana sendirian. Padahal saat itu, jeongyeon ingin membawanya ke rumah sakit.

Aku juga bersalah, jeongyeon... Aku dan ray memaksamu meninggalkan Nayeon saat itu.

Sementara itu di sebuah ruangan, seulgi sedang membaca kembali buku catatan yang ditulis oleh Nayeon. Sang Dokter belum tahu jika Nayeon benar-benar telah pergi dan menghilang. Tidak lama, suara ketukan pintu membuyarkan konsentrasinya.

[END] PRISON OF LOVE || 2yeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang