59

698 88 9
                                    

"Kau benar-benar beruntung, Nayeon! Kau punya seorang suami yang sangat mencintaimu. Lihat, dia membuat semua perusahaannya dengan namamu. Wah, romantis sekali." jennie meletakkan tangannya di pipinya, ikut senang dengan kebahagiaan temannya itu.

"Aku kan sudah bilang, jeongyeonku adalah pangeranku!"

"Kau benar! Kak jeongyeon benar-benar seorang pangeran. Dia sangat berbeda dengan Kak jeongyeon yang dulu hanya seorang montir dan berpakaian biasa."

Tapi aku lebih suka jeongyeonku yang dulu. Aku lebih suka dia dengan penampilan biasanya.

Nayeon melirik jeongyeon yang sedang mengobrol dengan beberapa pria di sana. Dia menatap jeongyeon tanpa berkedip. Dan, matanya membulat sempurna ketika melihat seorang wanita mendekat pada suaminya itu.

Inilah alasan kenapa aku lebih suka jeongyeonku yang lama. Kalau dia miskin, hanya aku seorang yang menyukainya. Tapi lihat dia yang sekarang. Dia banyak digilai wanita cantik. Aku kan cemburu.

Tidak lama kemudian, dua orang pria menghampiri jennie dan Nayeon yang hanya duduk berdua di meja itu. Nayeon menatap mereka dengan perasaan malas, berbeda dengan jennie yang langsung akrab dengan dua orang itu.

Jeongyeon yang melihat dari kejauhan kembali terbakar cemburu. Buru-buru, laki-laki itu meninggalkan beberapa orang itu dan mendekat pada sang istri.

"Sayang, ayo kita duduk di sana!" jeongyeon menunjuk sebuah meja yang berada di sudut sana. Nayeon pun berdiri, lalu melingkarkan tangannya di lengan suaminya itu.

"Jangan bicara dengan siapa pun! Apalagi jika itu laki-laki! Aku melarangmu berbicara!" jeongyeon berkata dengan nada menekan. Tangannya masih menggenggam jemari Nayeon dengan kuat. Laki-laki itu berusaha menepis rasa cemburunya dari tamu-tamu pria yang terus saja mencuri pandang pada istrinya itu.

"Kalau ada yang bertanya padaku, bagaimana?"

"Ya jangan jawab! Jadilah orang bisu dan tuli untuk malam ini!"

Apa? Aku jadi bisu dan tuli? Apa maksudnya? Jadi aku jangan bicara begitu?

Acara berlanjut malam itu, sebagian lampu di dalam gedung itu dipadamkan sehingga percahayaannya menjadi remang-remang dan sangat romantis. Jeongyeon membawa Nayeon duduk di meja yang berada di sudut ruangan itu. Masih dengan genggaman tangannya yang tidak lepas.

Pesta dansa pun menjadi penutup acara malam itu. Banyak pasangan yang sudah berada di tengah ruangan itu untuk berdansa. Sementara jeongyeon masih dengan wajah datarnya. Laki-laki itu benar-benar tidak suka dengan acara dansa yang membuatnya merasa geli.

Dasar Keong kembar beracun. Kenapa mereka malah membuat pesta dansa menjijikan ini sebagai penutup. Awas saja mereka! Jeongyeon mengumpati dahyun dan lisa dalam hati karena menyelipkan acara pesta dansa pada pembukaan gedung itu.

Jeongyeon melirik jam di pergelangan tangannya, sembari berharap acara membosankan itu cepat selesai sehingga bisa pulang ke rumah dan bermesraan dengan sang istri.

Dahyun kemudian menghampiri mereka dan mengulurkan tangannya pada Nayeon.

"Nay, maukah kau berdansa denganku?" tanya dahyun membuat jeongyeon membulatkan matanya. Dia memukul tangan dahyun yang berada di depan Nayeon.

"Kau mau aku cincang, ya? Sana pergi! Cari gadis lain saja!" bentaknya.

"Kau ini kenapa, Kak? Aku kan hanya mengajaknya berdansa. Apa masalahnya?" jeongyeon membulatkan matanya, tatapannya sungguh tajam. Dahyun merasa tubuhnya telah terbelah menjadi dua bagian hanya karena tatapan itu.

"Cepat selesaikan acara dansa bodohmu ini. Aku mau pulang!" Wajah jeongyeon sudah semakin tidak bersahabat. Dahyun melirik jam di pergelangan tangannya. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam yang berarti acara itu harus segera ditutup. Dahyun kemudian memberi kode pada lisa agar menuntaskan acara malam itu.

[END] PRISON OF LOVE || 2yeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang