64

623 88 7
                                    

Pagi harinya...

Di meja makan, Nayeon tampak tak berselera dengan makanan yang telah terhidang di depannya. Sejak tadi makanan itu hanya diaduk-aduk dengan garpu. Bahkan belum sesendokpun makanan itu melewati kerongkongannya.

Jeongyeon memperhatikan Nayeon yang kembali merengut pagi itu. Jeongyeon mengusap rambut sang istri dengan lembut, "Ada apa? Kau tidak suka menunya?"

Nayeon pun menjawab dengan gelengan kepala, dengan wajah yang bagai awan mendung. "Suka..."

"Lalu kenapa kau tidak makan?" tanya jeongyeon lagi.

"Aku sedang tidak mau makan," jawab Nayeon singkat, lalu tanpa permisi berdiri dari duduknya dan kembali ke kamar. Jeongyeon semakin keheranan melihat tingkah Nayeon yang sejak kemarin seperti anak kecil. Sejak foto itu tersebar, Nayeon benar-benar tidak bisa mengontrol emosinya.

Ya ampun, kenapa lagi dia. Bukankah aku sudah bilang akan menggelar konferensi pers untuk menjelaskan semuanya. Lalu kenapa dia masih seperti ini.

Jeongyeon kemudian mengikuti Nayeon menuju kamar. Dan,saat tiba di kamar, kepanikan kembali terjadi. Nayeon muntah-muntah di kamar mandi membuat jeongyeon panik bukan kepalang.

"Sayang, kau muntah-muntah lagi?" tanyanya dengan raut wajah khawatir. Apalagi saat melihat wajah sang istri yang langsung memucat.

"Tidak apa-apa. Aku hanya merasa mual saja." Nayeon langsung keluar dari kamar mandi dan duduk di sofa, sementara jeongyeon mengekor di belakangnya.

"Apa tidak sebaiknya kita ke rumah sakit saja? Aku akan menghubungi Kak seulgi."

"Tidak mau! Kalau ada yang melihatku di rumah sakit, mereka akan menghinaku lagi. Mereka akan bilang aku wanita murahan," ucap Nayeon dengan mata yang kembali berkaca-kaca. Jeongyeon langsung meraih tubuhnya dan memeluknya.

"Tidak akan ada yang berani mengatakan itu selama ada aku bersamamu."

"Tapi mereka akan tetap berkata begitu dalam hati. Pokoknya aku tidak mau keluar rumah sampai gosip itu berhenti beredar."

"Baiklah... Aku berjanji akan membereskan masalah itu hari ini juga," ucap jeongyeon, kemudian mendaratkan kecupan di kening. "sudah, jangan menangis. Kau tahu kan, aku paling tidak bisa melihatmu menangis." Akhirnya, Nayeon menyeka air mata yang meluncur dengan bebasnya.

Aku juga tidak tahu kenapa aku jadi cengeng begini. Aku merasa ingin menggigitmu karena kesal dengan mereka! Nayeon membatin.

"Baiklah, sekarang sarapan, ya. Mau aku suapi?" tawar jeongyeon dan langsung ditanggapi Nayeon dengan mata berbinar.

"Benar, disuapi?" tanya Nayeon dengan penuh semangat. Jeongyeon mengerutkan alisnya melihat tingkah Nayeon yang baginya aneh.

"Kau tinggal pilih mau disuap dengan sendok atau dengan sekop..." canda jeongyeon, membuat Nayeon kembali merengut.

"Kau tega menyuapiku dengan sekop?"

"Kalau kau tidak menghabiskan sarapanmu, aku benar-benar akan menyuapimu dengan sekop." jeongyeon pun mengambil ponselnya dan menghubungi pelayan untuk minta dibawakan sarapan ke kamar.

.

Jeongyeon melirik jam tangannya sesaat setelah selesai menyuapi Nayeon. Arah jarum jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Artinya, jeongyeon sudah hampir terlambat pergi ke tempatnya janjian dengan mina untuk melakukan konferensi pers.

"Sayang, aku harus segera pergi. Aku ada urusan penting," ucap jeongyeon

"Urusan apa?" tanya Nayeon

[END] PRISON OF LOVE || 2yeon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang